Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, volatilitas rupiah yang tinggi merupakan konsekuensi dari kebijakan yang ditempuh bank sentral. Selain itu, dari sisi fundamental pun memang tekanan rupiah dapat dikatakan besar lantaran tingginya defisit transaksi berjalan atau current account deficit.
"Yang kedua memang karena uncertainty (ketidakpastian) dari global dan juga domestik juga cukup tinggi, yang akhirnya mempengaruhi volatility," kata Perry ketika ditemui di Gedung DPR, Senin (7/7/2014).
Bank sentral, lanjut Perry, memastikan volatilitas nilai tukar tersebut tidak mengganggu mekanisme pasar. Yang terjadi selama ini menurut dia adalah mekanisme pasar berjalan dan supply serta demand pun berjalan.
"Konteksnya seperti itu. Sehingga, saat tekanan rupiah tinggi, mengapa BI selalu akan berada di pasar melakukan intervensi untuk meredam volatilitas," jelas dia.
Lebih lanjut Perry menegaskan, BI akan selalu berada di pasar dan tidak pernah sekalipun lepas tangan. Intervensi BI dilakukan guna memantau dan melakukan stabilitas nilai tukar rupiah di pasar sesuai dengan kebutuhan.
"BI meyakinkan stabilitas bnilai tukar rupiah akan dijaga. Kita tidak bicara akan melakukan apa, bauran kebijakan yang kita lakukan. BI akan mnejaga agar volatilitas dalam batas yang wajar. Lalu BI melakukan Rapat Dewan Gubernur bulanan hari Kamis," ujar Perry.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.