Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkat Rumah Sunatan, Mahdian Jadi Dokter yang Wirausahawan

Kompas.com - 26/07/2014, 08:09 WIB

Desain Rumah Sunatan pun jauh dari kesan menakutkan bagi anak-anak. Mahdian membuat ruangan khusus tempat bermain. Di situ, anak-anak bisa menunggu sambil bermain game atau menonton televisi.

Mahdian tak hanya mengandalkan teknologi. Para dokter dan karyawan pun dilatih untuk berkomunikasi efektif dengan anak-anak. Secara psikologis, anak-anak membayangkan sunat sebagai sesuatu yang menakutkan. Tugas dokter dan karyawan Rumah Sunatan untuk menghilangkan ketakutan itu. “Memang sudah ada mainan dan gadget, tapi komunikasi dari dokter dan karyawan pun harus mendukung,” tuturnya.

Keunggulan itu yang membuat Mahdian dengan percaya diri menyebut Rumah Sunatan sebagai salah satu pemimpin pasar di usaha khitan. Posisi itu ditambah lagi dengan jam terbang menyunat Mahdian yang sudah belasan tahun.

Seolah tak takut akan menciptakan pesaing baru, Mahdian juga rajin memberi pelatihan metode smart klamp pada dokter lain. Sejauh ini, Mahdian sudah mengadakan pelatihan di 15 kota untuk berbagi metode sunat teranyar ini.

Untuk memenangkan persaingan, Mahdian fokus pada pelayanan. Lantaran bergerak di bidang jasa, pelayanan harus jadi perhatian utama. “Prinsip saya, selalu berikan yang terbaik pada pasien maupun keluarga pasien,” tandasnya.

Pasalnya, pada dasarnya, manusia ingin menerima pelayanan terbaik. Tak heran jika orang rela membayar tarif lebih mahal demi mendapatkan pelayanan sunat terbaik di Rumah Sunatan. Mahdian selalu menyarankan pada karyawannya untuk profesional dalam bekerja sehingga tidak perlu pelit.

Dia memastikan Rumah Sunatan memberi obat bius terbaik, alat smart klamp yang terbaik. Tak lupa, Mahdian juga memberi goodie bag sebagai hadiah pada pasien yang sudah berani disunat di tempatnya.    


Dari rumah sunat ke rumah wasir

Tujuh tahun sudah berlalu sejak Mahdian Nur Nasution merintis Rumah Sunatan. Suami dari Dewi Sulastiningsih ini mengaku, perjalanan bisnisnya tergolong lancar. Ia belum pernah menemui kesulitan signifikan. “Secara grafik, bisnis sunatan ini selalu naik, tak pernah turun. Meski pernah ada satu atau dua pasien yang komplain,” ujar Mahdian.

Dua puluh tahun mendatang, Mahdian bermimpi Rumah Sunatan jadi pemimpin pasar untuk layanan sunat di Indonesia. Karena masih banyak daerah di Indonesia yang belum memiliki pusat khitan, Mahdian pun menargetkan Rumah Sunatan punya ratusan cabang di 2034.

Untuk mencapai target itu, Mahdian menawarkan peluang waralaba. Padahal, dulu ia sempat enggan mewaralabakan Rumah Sunatan. Ia takut waralaba membuka celah menurunkan kualitas pelayanan.

Namun, tahun ini, Mahdian hanya akan menambah maksimal 10 mitra untuk jaga kualitas pelayanan. “Karena ini jasa medis, semua harus bagus terutama pelatihan untuk dokter hingga dia mahir. Kalau ada kesalahan akan berdampak pada nama baik kami,” tegasnya.

Mahdian juga punya lini bisnis baru yang diberi nama Rumah Wasir. Dia bilang, usaha ini masih dalam tahap percobaan dan baru buka di Jalan Jatiasih Raya, Bekasi.

Mahdian bercerita, Rumah Wasir didirikan karena ia mendapat informasi mengenai teknologi menyembuhkan wasir. Selama ini, penderita wasir malu dan takut berobat karena harus dioperasi. Namun, dunia medis sudah mengenal teknologi biological electrical impedance automeasurement (BEIM). “Kami berharap bisa jadi pelopor juga untuk teknologi yang sudah sering dipakai di luar negeri,” kata dia.

Tak lupa, Mahdian berbagi kunci kesuksesannya, yakni  fokus dan inovasi. Ia mengenal banyak pengusaha yang bosan di tengah jalan lantas tidak fokus dalam bisnisnya. Berkat fokus jadi dokter sunat, Mahdian menuai kesuksesan. Namun, fokus saja tidak cukup karena harus ada inovasi agar masyarakat tertarik.  (Marantina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com