Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilih JSS atau "Jembatan Laut" Sumatera-Jawa?

Kompas.com - 31/07/2014, 08:34 WIB


BANDARLAMPUNG, KOMPAS.com
 — Kemacetan dan penumpukan kendaraan di Pelabuhan Merak, Provinsi Banten, dan Pelabuhan Bakauheni, Provinsi Lampung, tidak hanya kerap terjadi saat arus mudik atau arus balik pemudik Lebaran berlangsung.

Kemacetan juga terjadi pada hari biasa ketika terjadi gangguan di kedua pelabuhan itu atau cuaca buruk di perairan Selat Sunda.

Lama penyeberangan Merak-Bakauheni kini rata-rata mencapai tiga jam, dan nyaris tidak pernah lagi di bawah dua jam. Waktu penyeberangan itu banyak habis tersita saat kapal hendak bersandar di dermaga, karena harus "ngetem" cukup lama di perairan pelabuhan untuk mendapatkan giliran merapat ke dermaga.

Kapal terpaksa "ngetem" lama disebabkan sejumlah hal, seperti terjadi gangguan cuaca sehingga kapal sulit bersandar, atau dermaga rusak atau tidak seluruh dermaga dioperasikan. Kondisi seperti itu tentu mengakibatkan terjadinya penumpukan kendaraan, terlebih saat volume pengiriman barang dari Sumatera ke Jawa atau sebaliknya sedang meningkat.

Kondisi seperti itu selalu berulang terjadi dari tahun ke tahun, sementara volume pengiriman barang dari Sumatera ke Jawa atau sebaliknya selalu meningkat setiap tahunnya. Lalu lintas manusia melalui kedua pelabuhan penyeberangan itu juga meningkat dari tahun ke tahun.

Makin lamanya waktu penyeberangan tentu menimbulkan kerugian yang amat besar, bukan hanya bagi dunia usaha saja, juga bagi penumpang karena waktunya habis tersita di jalur penyeberangan kapal.

Sumatera dan Jawa merupakan pusat perekonomian Indonesia, sementara Pelabuhan Merak dan Bakauheni adalah pintu utama yang menghubungkan kedua pulau tersebut. Hampir seluruh komoditas tujuan Jawa atau Sumatera dikirimkan menggunakan jasa pelabuhan penyeberangan di Merak dan Bakauheni.

Berkaitan itu, rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) yang sudah diwacanakan di era pemerintahan Presiden Soekarno itu mendapatkan respons positif dari penduduk Sumatera, juga wacana pembangunan "jembatan laut" Sumatera dan Jawa.

"Jembatan laut" ini dimaksudkan adalah perluasan kapasitas pelabuhan penyeberangan Merak dan Bakauheni, serta menambah dan meremajakan kapal-kapal feri yang dioperasikan di rute Merak-Bakauheni.

Sehubungan pembangunan JSS itu belum dilaksanakan dan waktu penyelesaiannya juga memakan waktu lama, masalah klasik yang menimpa penumpang, pengemudi, dan pelaku usaha yang menggunakan jasa Pelabuhan Penyeberangan Merak dan Bakauheni perlu dituntaskan dengan langkah nyata dan sifatnya mendesak.

Ada yang mengusulkan masalah kemacetan sebenarnya bisa diatasi lebih cepat jika areal Pelabuhan Merak dan Bakauheni diperluas agar dermaga dan areal parkir bisa diperbanyak; serta jumlah kapal diperbanyak dan diremajakan. Biaya yang dibutuhkan untuk mewujudkan hal itu disebutkan jauh lebih kecil daripada membangun JSS.

Gagasan seperti itu juga disampaikan Menko Bidang Perekonomian Chairul Tanjung saat mengecek kesiapan angkutan Lebaran 2014.

Saat mengunjungi Pelabuhan Merak, ia meminta Kementerian Perhubungan menambah dermaga di Pelabuhan Merak karena hanya tersedia lima dermaga.

"Idealnya Pelabuhan Merak memiliki 10 dermaga sehingga penambahannya sudah mendesak dilakukan," katanya.

Selain di Merak, pembangunan dermaga baru di Bakauheni juga perlu dilakukan yang jumlahnya sesuai dengan jumlah dermaga di Pelabuhan Merak.

Halaman:
Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com