Untuk itu, pada bulan-bulan biasa, Liche hanya bisa menjual 50 lusin stoples kue kering. Akan tetapi, saat Lebaran tiba, pesanan melonjak hingga 9.000 lusin kue selama sebulan. Kemudian, pada saat Natal, pesanan kue sekitar 2.000 lusin.
Untuk menyambut Lebaran mendatang, misalnya, Liche mulai memproduksi kue pada akhir Februari. Ia menargetkan penjualan kue kering Yorya mencapai 11.000 lusin. Dari usaha ini, Liche bisa mendapat omzet sekitar Rp 4 miliar saban tahun.
Namun, kini Liche tak sendirian. Selama empat tahun terakhir, anak keduanya, Ryan, membantunya dalam bidang pemasaran. Meskipun masih menempuh studi di Australia, sang anak membuatkan website Yorya Cookies. Ryan jugalah yang mengubah sistem keagenan Yorya.
Saat ini, jika ada orang yang tertarik menjadi agen Yorya, maka mereka bisa memilih dari tiga paket keagenan yang tersedia, yaitu Silver, Gold, dan Platinum. Sebelumnya, jika ingin jadi agen kue Yorya, Liche tidak mengajukan syarat-syarat tertentu.
Sejak ada situs tersebut, agen kue Yorya meluas dari Aceh hingga Papua. Jumlahnya saat ini sekitar 200 agen. Harga jual kue Yorya untuk agen adalah Rp 47.500–Rp 52.500 per stoples. Adapun harga jual untuk ritel seharga Rp 70.000–Rp 75.000 per stoples.
Liche menambahkan, sekarang persaingan usaha kue kering sangat ketat jika dibandingkan saat ia merintis Yorya. Kondisi ini menantangnya untuk terus berkreasi dengan model-model baru. Sejauh ini, setidaknya 100 varian kue sudah tercipta dari tangan dinginnya.
Namun, kompetisi ini juga membuatnya rela menurunkan margin keuntungan. Kalau dulu, Liche bisa meraup margin laba hingga 125 persen. Sekarang, dari usaha kue kering, Liche mendapat margin keuntungan sekitar 40 persen. “Margin berkurang tidak apa-apa karena sekarang pasar kue kering sudah sangat luas,” kata dia. (Marantina Napitu)
Baca juga: Gagal Kuliah, Jodi Sukses Bisnis Kue Beromzet Ratusan Juta
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.