Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rudi Chandra, Dari Kenek Menjadi Direktur

Kompas.com - 15/08/2014, 15:00 WIB

”Selama enam bulan, saya bekerja seperti itu. Saya juga sempat menjadi sopir lagi. Tetapi para pedagang itu susah membayar kalau ayamnya belum laku. Saya lalu berpikir, lebih baik menjual daging ayam saja,” cerita dia.

Hari pertama menjadi pedagang, Rudi mempunyai stok 10 kilogram ayam. Namun, saat itu hanya sepotong paha yang laku terjual, seharga Rp 1.500.

”Waktu itu, relasi saya memang belum banyak. Saya berdagang di Pasar Ciruas, Kabupaten Serang, Banten. Pukul 04.30 pasar mulai ramai, saya berjualan sampai pukul 07.00,” kata dia.

Kepercayaan

Rudi memotong dan membersihkan sendiri ayam-ayam yang akan dijual. Dia menjaga kepercayaan pelanggan. Hanya dalam dua-tiga hari, pembayaran kepada para peternak bisa dia lunasi.

”Buat apa uang itu kita tahan hingga berhari-hari. Itu hak orang lain,” ujar Rudi.

Seiring dengan kemajuan yang dicapai, Rudi berhasil membeli minibus untuk kendaraan operasional seharga Rp 8,5 juta. Pelanggannya pun bertambah, tak hanya pembeli di pasar, tetapi juga penjual sayur, pemilik rumah makan, dan penjual pecel lele. Ayam tersebut dia jual dengan sistem jemput bola.

Ia mengantar ayam ke tempat para pembeli sehingga mereka bisa menghemat waktu, energi, dan biaya. Kualitas ayam pun dia jaga. Lewat usaha itu, Rudi bisa memberikan lapangan kerja bagi 10 orang.

”Ada karyawan yang setia bekerja dengan saya sejak usianya masih belasan tahun. Sekarang dia sudah punya tiga anak,” ujar Rudi.

Lama-kelamaan, semakin banyak konsumen yang juga memesan ayam hidup kepada dia. Tahun 2004, Rudi bisa menjual 1.200 ayam per hari dan separuhnya dari hasil penjualan di Pasar Ciruas. Permintaan yang terus bertambah membuat dia menyerahkan penjualan di pasar kepada pegawainya. Sementara Rudi berkonsentrasi sebagai pemasok.

Pinjaman

Dia lalu memberanikan diri mengajukan pinjaman kepada bank untuk mendirikan peternakan. Kandang yang sebelumnya dia sewakan dia pergunakan sendiri lagi.

”Sekarang, ada 17 lokasi kandang yang tersebar di Kabupaten Pandeglang, Serang, Lebak, dan Kota Serang,” kata Rudi.

Potensi yang bisa terus diraih dan semakin bertambahnya pelanggan membuat Rudi mengembangkan usaha dengan mendirikan Perusahaan Dagang (PD) Hiber Jaya pada 2011. Produk yang dia jual adalah ayam beku dan ayam hidup. Sekitar 30 truk milik konsumen setiap hari hilir mudik ke tempat usahanya untuk mengangkut ayam.

Daya angkut setiap truk itu minimal 1.000 ayam. Kini, Rudi mampu menyalurkan sekitar 30.000 ayam per hari yang didistribusikan ke Banten, Jakarta, Lampung, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, sampai Kalimantan. Dia pun memiliki mitra sekitar 100 peternak mandiri dan 20 perusahaan.

”Jumlah karyawan di sini hampir 200 orang. Mereka tersebar di rumah potong ayam, kandang, dan pasar. Sebagian besar karyawan kami adalah warga sekitar sini,” kata Rudi yang memiliki tujuh truk dan dua mobil boks untuk operasional usaha.

Omzet usahanya mencapai miliran rupiah per bulan. ”Tetapi bukan itu yang penting, yang lebih penting adalah kita bisa membuktikan bahwa tidak ada hal yang tidak mungkin kalau kita mau berusaha,” tegas Rudi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com