“Ya itu, sampai sekarang belum ada kepastian kapan gudang ini buka. Kami simpan dulu di rumah, sambil menunggu gudang buka dan membeli tembakau kami,” keluh H. Subari, Petani asal Desa Ledokombo, Kecamatan Ledokombo, akhir pekan lalu.
Padahal, lanjut dia, petani membutuhkan dana cepat untuk digunakan biaya produksi panen selanjutnya. “Mau bagaimana lagi, modalnya sekarang jadi tambah. Sebab biasanya, dari hasil penjualan daun tembakau di bagian bawah kami putar lagi untuk biaya perawatan dan panen selanjutnya. Kalau seperti ini, kami harus mengeluarkan modal lagi,” cetusnya.
Petani lainnya, Ashari, mengeluhkan kelangkaan pupuk yang dialami petani. “Kondisi ini cukup memberatkan. Saya juga heran, kok sekarang mau beli pupuk sangat sulit, di mana-mana tidak ada semuanya kosong. Akhirnya biaya produksi yang kami keluarkan membengkak. Biasanya satu hektar lahan menghabiskan dana hingga Rp 7 juta, sekarang jadi Rp 11 juta,” ungkap dia.
Dia berharap, saat gudang mulai membuka pembelian, harga tembakau membaik. “Kami berharap demikian, sebab kami sudah banyak keluar modal. Paling tidak harganya bisa sampai Rp 4 juta per kwintalnya,” harapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.