Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
ADVERTORIAL

BCA, Primadona Pasar Saham

Kompas.com - 26/08/2014, 09:08 WIB
advertorial

Penulis

Likuiditas tinggi yang didukung fundamental kuat, ditambah kemampuan memberi nilai tambah kekayaan (wealth added index – WAI), menjadikan saham sebuah perusahaan di Bursa Efek Indonesia terus menjadi primadona di pasar saham.

Demi memperoleh return yang tinggi dan di saat bersamaan meminimalkan risiko, investor umumnya memilih perusahaan terpercaya dan memiliki profitablitas yang tinggi. Salah satu alat ukurnya adalah kinerja perusahaan, khususnya analisa laporan keuangan, termasuk laporan laba rugi. Semakin tinggi laba, maka dividen yang diperoleh akan semakin tinggi pula.

Akan tetapi, laba tinggi saja tidak cukup. Ada unsur lain yang bisa menjadi masukan, yaitu wealth added index (WAI), atau kemampuan perusahaan dalam memberi nilai tambah kekayaan. WAI adalah metode pengukuran kinerja perusahaan yang dikembangkan oleh Stern Value Management, sebagai indikator untuk menentukan peningkatan kekayaan yang dihasilkan perusahaan di atas return minimal yang diharapkan investor.

Dalam menghitung WAI, harapan akan return itu didasarkan pula pada potential cost plus risiko yang ditanggung investor, yang kemudian diterjemahkan dalam cost of equity (CoE). Sebuah perusahaan yang baik akan menghasilkan WAI positif, yaitu bila total return yang dihasilkan untuk pemegang saham (Total Shareholder Return - TSR) lebih besar dari CoE-nya. Artinya, jika saham perusahaan hanya menghasilkan TSR sama besar dengan CoE-nya, maka saham itu dianggap belum menghasilkan wealth added. Belakangan ini, WAI menjadi salah satu rujukan untuk menentukan perusahaan yang prospektif untuk berinvestasi.

Berdasarkan perhitungan harian data dari Bloomberg periode 2009-2013, Majalah SWA memeringkat 100 perusahaan Indonesia dengan WAI terbesar 2014. Dalam daftar SWA 100 Indonesia’s Best Wealth Creator 2014, itu, BCA (BBCA) menduduki peringkat ke-4 di bawah PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

Namun untuk sektor perbankan, BCA menjadi perusahaan dengan WAI tertinggi, mengungguli bank-bank BUMN berkapitalisasi pasar terbesar. Prestasi ini sama dengan capaian peringkat tahun lalu.

Menurut Direktur Utama BCA, Jahja Setiaatmadja, selain mempertahankan likuiditas tinggi, meningkatkan profitabilitas dan memperkokoh permodalan, BCA senantiasa bersikap transparan untuk menjaga kepercayaan dan ekspektasi investor.

“Kami tidak pernah memberikan janji palsu. Kami cerita apa adanya. Dengan transparansi, investor mengapresiasi kami. Jadi kuncinya adalah transparan,” tegas Jahja, seperti dikutip SWA Online (27/6).

Dari waktu ke waktu, saham BCA selalu diminati bahkan diburu investor lantaran memberikan return yang tinggi. Bagi para investor di Bursa Efek Indonesia (BEI), saham BCA selalu menjadi primadona. BBCA selalu menjadi 'penghuni tetap' di indeks Papan Utama (MBX), indeks LQ45, indeks Bisnis-27, indeks Kompas 100, dan kini berada dalam kelompok saham bluechip.

Kinerja konsisten dan fundamental perusahaan membuat saham BCA kerap melampaui ekspektasi investor. BBCA pun sering menjadi katalis IHSG, dan menjadi saham yang  diburu investor asing, seperti tahun 2013 lalu. Banjir dana asing sejak Februari 2014 yang antara lain berburu saham perbankan, tentu saja termasuk BBCA. 

Selama 2013, saham BBCA berhasil tumbuh 4,39 persen berkat kinerja perusahaan yang sangat bagus. Kinerja bagus di Semester I tahun ini, yaitu mencatatkan laba senilai Rp7,85 triliun (naik 24,2 persen), mengantar saham BBCA menembus level resistance.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting, harga saham BBCA sejak akhir bulan Juni terus mengalami penguatan, masih akan menguat dan menunggu sentimen fundamental. Data pergerakan saham BBCA periode 4-15 Agustus 2014, menunjukkan nilai saham BBCA terus naik dari 11,725 menjadi 11,800.

Sekadar informasi, sebuah bank bisa disebut sehat jika CAR-nya minimal 8 persen, sebagaimana yang berlaku di seluruh dunia. Sementara CAR BCA  terus naik dan kini berada di level 17 persen.

Menurut pakar ekonomi dan keuangan, Fadhil Hasan, kinerja saham perbankan berkapitalisasi besar seperti BCA, akan tetap menarik di tahun depan. Terutama karena fenomena spread suku bunga perbankan di Indonesia yang sampai saat ini relatif tinggi dibanding negara-negara lain. “Selisih suku bunga tersebut akhirnya terefleksikan dari keuntungan bank-bank di Indonesia yang labanya relatif meningkat dari tahun ke tahun,” jelasnya.

Berkaitan dengan dinamika situasi dan kondisi lingkungan strategis, Fadhil menilai tidak terlalu mempengaruhi minat investor berinvestasi. Apalagi setelah Pemilu Legislatif dan Pilpres berjalan aman, tertib, lancar dan konstitusional. “Hingga akhir tahun tren pertumbuhan pasar modal akan berlanjut seiring optimisme ekonomi di awal pemerintahan baru,” Fadhil menambahkan. (adv)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Whats New
IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

Whats New
Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Whats New
Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Whats New
Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Whats New
Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Whats New
Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Work Smart
Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com