Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tekan Kerugian, Garuda Gunakan Pesawat Kecil untuk Rute "Kurus"

Kompas.com - 03/09/2014, 19:09 WIB
Tabita Diela

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri BUMN Dahlan Iskan mengungkapkan bahwa dia telah menggelar rapat dengan direksi dan komisaris PT Garuda Indonesia Tbk untuk mencari jalan keluar menyikapi kerugian yang diderita maskapai penerbangan nasional tersebut.

Hasilnya, Dahlan telah menetapkan 25 pekerjaan yang harus dilakukan Garuda. "Masih ada waktu 3,5 bulan, sudah diinventariskan ada 25 pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengurangi kerugian itu. Nanti akan berkurang jauh dari yang selama ini Anda tahu," ujarnya di sela-sela Refleksi Tiga Tahun Pelaksanaan MP3EI di Jakarta, Rabu (3/9/2014).

Dahlan optimistis, hasil evaluasi itu bisa mengurangi kerugian Garuda jika dilakukan dengan konsisten. Dia mengungkapkan akan mengawasi sendiri ke-25 pekerjaan tersebut. Salah satu langkah yang akan diambil adalah penggunaan pesawat dengan ukuran yang sesuai dengan isi penumpang, serta mengurangi antrean lepas landas dan pendaratan.

"Misalnya, efisiensi, ada rute tertentu yang tiap hari isinya tidak penuh. Maka itu akan diganti dengan pesawat yang lebih kecil. Sekarang kan Garuda sudah punya pesawat CRJ dari Bombardier. Kalau dulu tidak bisa dilakukan, nah sekarang bisa dilakukan. Kedua, lebih menghemat lagi bahan bakar dengan cara manajemen yang kebih baik. Misalnya waktu mau tinggal landas atau mau mendarat jangan terlalu banyak antri. Ada 25 macam," tukasnya.

Dahlan tidak menyebutkan target penurunannya. Dia hanya menyatakan, "Targetnya sebagus mungkin, tapi akan tetap menjadi penerbangan terbaik di Asia dari segi keuangan sekalipun."

Dia pun mengaku tidak menyia-nyiakan kesempatan di tengah lesunya bisnis maskapai penerbangan lain, seperti Malaysia Air yang harus ditambal hingga Rp25 triliun.

Sebelumnya diberitakan, Garuda Indonesia sepanjang semester I-2014 membukukan kerugian sebesar 211,7 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,43 triliun.

Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar waktu itu mengungkapkan kerugian itu dipicu oleh beberapa hal, di antaranya situasi ekonomi dunia yang belum pulih, kenaikan harga bahan bakar minyak dan depresiasi nilai tukar rupiah hingga 20 persen, yang mempengaruhi biaya operasional. Sejauh ini, sekitar 75 persen biaya operasional perusahaan dalam dollar AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com