Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar: Jangan Pakai Elpiji, Elpiji Itu Impor

Kompas.com - 11/09/2014, 01:14 WIB
Tabita Diela

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat migas yang juga politisi Partai Nasdem Kurtubi, mengungkapkan bahwa konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) punya banyak keuntungan. Karena itu, penggunaan BBG harus lebih maksimal di pemerintahan selanjutnya.

Tidak hanya sebagai bahan bakar kendaraan, BBG seharusnya juga masuk untuk keperluan rumah tangga. "Konversi BBM ke gas itu lebih ramah lingkungan dan tidak usah import. Rumah tangga pun harus pindah ke gas. Jangan elpiji. Elpiji itu impor," ujarnya di Jakarta, Rabu (10/9/2014).

Karena itu, menurut Kurtubi, Perusahaan Gas Negara (PGN) harus membangun infrastrukturnya. Langkah ini juga tidak mahal. Satu-satunya unsur yang menghabiskan banyak biaya adalah pengadaan lahan untuk membangun infrastruktur.

"Solusinya, pemerintah harus serius, PGN dikasih tugas dan tanggungjawab. Tidak boleh diserahkan. Mungkin (diperlukan) satu, dua tahun, bisa. Stasiun BBG dibangun di pool angkutan umum. Di Jakarta sudah ada pipa induk PGN. Tinggal disambung," imbuhnya.

Kurtubi menambahkan, PGN harus memonopoli hal ini. Bila perlu, PGN bisa bekerja sama dengan anak usaha Pertamina di bidang gas. Pemerintah sebaiknya tidak pasrah begitu saja. Kalau pemerintah pasrah, berbagai pihak akan cenderung melempar tanggung jawab.

Kurtubi, yang juga lolos menjadi anggota DPR untuk periode 2014-2019, mengaku akan mendorong pemerintahan baru memperbanyak infrastruktur gas. Menurutnya, langkah ini penting agar konsumsi BBM bisa dikurangi dan harga gas lebih murah ketimbang BBG.

"Kalau saya ditunjuk saya akan siap membantu pemerintah. All out membantu pemerintahan Jokowi. Kita ubah tata kelola. Bisa melakukan perubahan. Tata kelola dikembalikan ke pasal 33 yang simpel dan tidak berbelit," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com