Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Newmont: Pemerintah Banyak Keluarkan Izin Tambang, tapi Lupa Awasi

Kompas.com - 24/09/2014, 13:22 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Direktur PT Newmont Nusa Tenggara Martiono Hadianto mengatakan, pemerintah terlalu mudah memberikan izin usaha pertambangan, namun lupa menjalankan kewajibannya, yaitu mengawasi.

Saat ini, ada sekitar 10.680 izin usaha pertambangan yang dikeluarkan. Setahun belakangan rupanya pemerintah mencoba menertibkan dengan istilah Clean and Clean (CnC).

"Karena ternyata izin yang diberikan itu banyak yang tumpang tindih, perusahaan enggak jelas. Akhirnya dari 10.680 izin, yang sudah dapat CnC ternyata baru 4.000an," kata dia dalam peluncuran buku Nasionalisme Migas, Jakarta, Rabu (24/9/2014).

Martiono mempertanyakan kewajiban pemerintah soal monitoring dan pengawasan. Pasalnya, konsekuensi dari menerbitkan izin usaha tersebut, harusnya pemerintah tidak lepas kewajiban monitoring.

"Pertanyaan besarnya adalah bagaimana pemerintah memonitor persyaratan yang ditetapkan itu dilaksanakan tidak?" sebut dia.

Menurut dia, dengan 10.680 izin usaha pertambangan yang dikeluarkan, setidaknya dibutuhkan 2.000 pengawas tambang. "Pemerintah punya enggak segitu banyak pengawas tambang? Saya pikir saat ini belum punya," lanjut Martiono.

Tidak adanya pengawasan di sektor pertambangan ini, praktis menyebabkan dampak negatif. Seperti, tidak sinkronnya antara data ekspor Indonesia dengan data impor China dan India, misalnya untuk komoditas nikel, batubara, dan bauksit.

"Terus terang saya enggak punya data tapi suaranya (beritanya) kenceng sekali," lanjut dia.

Hal tersebut disebabkan karena pemerintah lupa mengawasi izin-izin usaha tambang yang dikeluarkan. Padahal, kata dia, tidak semua penerima izin tersebut adalah pelaku pertambangan, dan banyak diantaranya hanya trader.

"Setiap memberikan izin, pemerintah itu punya kewajiban memonitor dan mengawasi. Kalau tidak bisa dilakukan, timbul kesempatan yang tidak terkendali," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com