Arif mengungkapkan, berdasarkan kajian Tim Transisi, tidak jarang BLT menimbulkan kecemburuan sosial. Terjadi pula pembagian dana yang seharusnya diperuntukkan bagi kalangan masyarakat miskin agar masyarakat yang lain pun memperoleh.
“Model cash transfer (transfer tunai) itu seringkali menjadi sharing the pain, karena dibagi. Ada yang merasa tidak mampu minta menerima juga. Akhirnya dibagi dua pertiganya,” kata Arif di Rumah Cemara 19, Rabu (24/9/2014).
Arif menyatakan, skema BLT tidak bisa begitu saja dihapuskan. Bila tidak ada bantuan kepada masyarakat guna tetap mempertahankan daya belinya, maka angka kemiskinan dipastikan bertambah.
Bantuan dana kepada masyarakat paling miskin tetap diberikan selama beberapa bulan, seiring munculnya program-program infrastruktur dan kebijakan penunjang lainnya. “Basis data jadi penting, itu yang sekarang kita coba kumpulkan. Ada target katakanlah 15,5 juta penerima, itu diberikan 3 sampai 6 bulan. Ini harus presisi. Kita tidak mau ada riak-riak persoalan,” ujar Arif.
Saat ini tim transisi sedang mengumpulkan dan melakukan verifikasi data penduduk miskin dari lembaga terkait. Lembaga yang dimaksud antara lain Badan Pusat Statistik, Kementeriann Koordinator Kesejahteraan Rakyat, maupun Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.