Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Formula Ide Kreatif ala Kentaro Kimura

Kompas.com - 26/09/2014, 16:16 WIB


Oleh: Henry Manampiring

 

Adakah “formula” yang bisa diikuti untuk membantu lahirnya ide-ide kreatif yang brilian? Menurut Kentaro Kimura, Co-CEO dan Executive Creative Director dari Hakuhodo Kettle Jepang, ada beberapa formula yang bisa dicoba, yang dikemas sebagai “alkimia kreatif” (creative alchemy).

 

Sebagai sesi terakhir dari APMF 2014, Kentaro harus menghadapi audiens yang sudah lelah pada pengujung hari. Namun, sebagai orang kreatif sejati, Kentaro membuka sesinya dengan pendekatan yang segar, yaitu menceritakan dongeng secara interaktif menggunakan alat-alat peraga. Dengan tata cahaya yang khusus disiapkan, peserta APMF 2014 dibuat terpukau saat Kentaro mengisahkan dongeng pencarian ide yang sebegitu brilian cahayanya sehingga mampu menerangi sebuah negeri khayalan.

Di dalam dongeng Kentaro, sebuah ide bisa ditemui di “kota” yang tertib dan teratur atau “rimba” yang gelap dan liar. “Kota” di sini menggambarkan “alam sadar” (conscious), tempat nalar dan logika yang predictable berada. Kita bisa saja menemui ide di sini, tetapi sering terasa tumpul dan tidak benar-benar menjadi terobosan. “Rimba” menggambarkan alam bawah sadar (unconscious) yang gelap, tak beraturan, dan penuh risiko. Namun, di “rimba” inilah ide yang brilian berada.

Kentaro mengingatkan, keduanya, “kota” dan “rimba”, sama penting dalam melahirkan ide. Ide yang lahir di “rimba” bawah sadar haruslah dibawa ke “kota” logika untuk memastikan ia bisa diterapkan dan efektif memecahkan masalah brand. Kentaro melanjutkan dengan beberapa cara menemukan ide di “rimba”, menggunakan satu set formula yang ia sebut sebagai “alkimia kreatif”.

5 formula “alkimia kreatif”

Penggabungan (combine). Menurut Kentaro, sebuah ide kreatif bisa dilahirkan dengan menggabungkan 2 ide atau konsep yang sudah ada. Sebagai contoh, menggabungkan robot dan polisi menghasilkan karakter Robocop. Secara jenaka, Kentaro menyatakan bahwa gabungan antara “cinta” dan “kontrak” adalah “pernikahan”. Kemudian Kentaro menampilkan sebuah inovasi gabungan gelas Whiskey tradisional dengan microchip sensor canggih untuk mempromosikan sebuah produk Whiskey. Hasilnya adalah pengalaman minum Whiskey yang unik. Sentuhan dan goyangan gelas tersebut akan menghasilkan efek suara dan video di layar yang ada di bar.

Peniruan (mimic). Menirukan sendiri berbeda dari menjiplak, tetapi mengambil prinsip dasarnya (underlying fundamentals). Pesawat terbang meniru prinsip terbang dari burung. Sushi bar yang berputar ternyata terinspirasi seorang pengusaha sushi yang mengunjungi pabrik bir dan melihat botol-botol bir yang bergerak di atas conveyor belt. Kentaro kemudian menampilkan Sony yang meniru bagaimana ikan atau hasil pertanian yang dijual di pelabuhan atau sawahnya dirasakan lebih fresh. Sony mendaur ulang spanduk iklan raksasa yang dimilikinya menjadi celana jins yang unik. Untuk lokasi penjualannya, Sony memajang celana-celana jins tersebut di dinding gedung Sony yang sama, tempat spanduk bahan sebelumnya diletakkan. Calon pembeli jins harus menggunakan teropong untuk bisa melihat celana yang ingin dibeli dengan jelas. Celana yang sudah dipilih calon pembeli kemudian akan diambilkan oleh petugas menggunakan perlengkapan wall climbing. Ide ini menciptakan kerumunan orang dan publisitas.

Putar balik (upside down), atau pertanyakan norma, praktik, atau realitas dan balikan. Sebagai contoh, dulu kita diajarkan untuk menghindari infeksi virus. Namun, vaksinasi justru memasukkan virus (yang sudah dilemahkan) ke dalam tubuh kita. Realitasnya manusia menguasai kera, tetapi di dalam kisah Planet of The Apes yang terjadi adalah kebalikannya, kera menguasai manusia. Kentaro kemudian menunjukkan bagaimana search engine yang merupakan informasi visual dan audio justru dibalik menjadi informasi sentuh bagi anak-anak tunanetra. Menggunakan teknologi printer 3D, Yahoo Jepang menciptakan mesin yang akan mencetak model miniatur dari obyek yang dicari si anak tunanetra (dengan cara cukup disebutkan). Walaupun tidak bisa melihat, si anak bisa menyentuh dan meraba obyek yang diinginkan.

Bagaimana jika... (what If). Ini adalah imajinasi murni untuk membayangkan sesuatu yang baru sama sekali. Jika membayangkan diri menjadi seekor anjing peliharaan, kita ingin bisa keluar masuk rumah tanpa bergantung pada tuan kita dan ini melahirkan pintu khusus anjing. Kentaro menunjukkan sebuah iklan yang berusaha menjelaskan semangat filosofi perakitan kanzen (peningkatan) dari Toyota. Salah satu iklan menggambarkan mobil yang sedang diservis bagaikan pasien manusia di rumah sakit dengan perawatan yang penuh perhatian layaknya manusia.

Kebenaran di balik sebuah fakta (the truth behind). Prinsip ini mengajak kita mencari tahu apa sesungguhnya di balik suatu fakta, perilaku, atau peristiwa. Sebagai contoh, di balik jatuhnya buah apel ke tanah adalah kekuatan gravitasi. Jika seorang perempuan tiba-tiba rajin berdandan, mungkin kebenaran di baliknya adalah ia sedang jatuh cinta. Kentaro kemudian menjelaskan bagaimana faktanya peristiwa tsunami di Jepang menghancurkan begitu banyak foto keluarga. Namun, kebenaran di balik ini adalah korban lebih meratapi hilangnya “kenangan yang tersimpan” di foto-foto tersebut, dan bukannya foto-foto itu sendiri. Google Jepang kemudian memfasilitasi korban untuk meminta foto dari sebuah tempat atau acara tertentu dari penduduk Jepang lain yang kebetulan masih memiliki foto tersebut. Dengan demikian, para korban tsunami masih bisa menemukan kenangan mereka yang berharga.

Apakah pembaca kini siap menjelajahi “rimba” ide dengan lebih baik? Selamat mencoba!

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber aaaaa
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com