Kepala BPS Suryamin menyebutkan bahwa komoditas beras kembali menjadi penyebab inflasi September 2014. “Komoditas beras kembali menyadi penyebab utama inflasi dengan andil 0,02 persen. Kenaikan harga beras dibanding Juli 2014 sebesar 0,38 persen. Ini terjadi karena sudah memasuki masa paceklik,” kata Suryamin di Jakarta, Rabu (1/10/2014).
Sebagaimana diketahui, indeks harga konsumen per September 2014 sebesar 0,27 persen, inflasi tahun kalender sebesar 3,71 persen, inflasi tahun ke tahun (YoY) sebesar 4,53 persen, inflasi komponen inti September 2014 sebesar 0,29 persen, dan inflasi inti tahun ke tahun sebesar 4,04 persen.
Suryamin mengatakan, terjadi kenaikan harga beras di 51 kota IHK, dengan kenaikan tertinggi terjadi di Padang dengan kenaikan sebesar 5 persen, dan Bukittinggi sebesar 4 persen.
Selain beras, inflasi September 2014 juga didorong kelompok komoditas harga bergejolak, utamanya dari hortikultura seperti cabe merah. Komoditas cabe merah memberikan andil terhadap inflasi 0,09 persen dengan kenaikan harga 26,07 persen.
“Ini disebabkan pasokan di sentra produksi berkurang. Terjadi kenaikan harga cabe merah di 74 kota IHK (Indeks Harga Konsumen), tertinggi di Semarang 93 persen, dan di Sumenep sebesar 90 persen,” kata dia.
Selain disebabkan kenaikan harga cabe merah, inflasi September 2014 juga didorong kenaikan harga bahan bakar rumah tangga. Komoditas ini masuk dalam kelompok harga diatur pemerintah.
Suryamin mengatakan, andilnya terhadap inflasi September 2014 sebesar 0,08 persen, dengan kenaikan harga sebesar 5,04 persen. “Ini karena kebijakan Pertamina menaikan harga LPG tabung 12 kilogram, yang naik Rp 1.500 perkilogram. Terjadi kenaikan di 80 kota IHK, kenaikan tertinggi terjadi di Sampit dan Banda Aceh sebesar 12 persen, dan Pare-pare sebesar 11 persen,” tutur Suryamin.
Selain harga elpiji tabung 12 kilogram, kelompok administered prices yang mendorong inflasi September 2014 adalah tarif listrik. Suryamin menuturkan andilnya terhadap inflasi September 2014 adalah 0,05 persen, dengan kenaikan harga mencapai 1,71 persen.
“Ini karena Peraturan Menteri ESDM, sehingga menyebabkan kenaikan di 81 kota IHK yang listriknya disediakan PLN naik antara 0,5-5,53 persen. Kota yang listriknya disediakan Pemda, Tarakan naik 22 persen. Namun, Batam yang juga disediakan Pemda tidak mengalami kenaikan tarif,” ujar dia.
Sementara itu, pendidikan memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,02 persen dengan kenaikan biaya untuk pendidikan sebesar 1,65 persen. Ini disebabkan memasuki tahun ajaran baru. “Kenaikan terjadi di 28 kota IHK, tertinggi di Singaraja sebesar 16 persen, dan Balikpapan sebesar 15 persen,” kata Suryamin.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.