Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dian Mulyadi dan Topeng Cirebon Raksasa

Kompas.com - 06/10/2014, 08:06 WIB
Kontributor KompasTV, Muhamad Syahri Romdhon

Penulis


KOMPAS.com –
Pada umumnya, lima topeng Khas Cirebon, Panji, Kelana, Samba, Rumyang, dan Patih, hanya berukuran sekitar 12 cm x 15 cm. Namun lima topeng karya seniman muda Cirebon ini berukuran sangat besar, yakni 1,25 m x 1,5 m.  Karyanya pun dikagumi dalam hingga luar negeri. Tak heran, jika seniman muda ini, berpengasilan Rp 60 juta hingga Rp 100 juta per bulan.

Ada pemandangan tak biasa di Sanggar Alam Sunyaragi, Situs Goa Sunyaragi, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat, Rabu (1/10/2014). Karya seni ukir, puluhan lukisan kaca, dan ratusan pernak pernik aksesoris Khas Cirebon yang biasa berjejer di atas meja depan sanggar alam kini tiada. Mereka dipindahkan sejenak ke dalam sanggar, dan digantikan oleh lima Topeng Khas Cirebon raksasa.

Secara bentuk dan karakter wajah, topeng raksasa itu tidak berbeda dengan aslinya. Hanya saja, seluruh bagian dan detail wajah, mata, hidung, mulut dan lainnya, diperbesar hingga berukuran raksasa. Kelimanya, masing-masing memiliki ukuran lebar 1,25 meter dan panjang 1,5 meter.

Lima karya simbol dan ikon Cirebon itu merupakan hasil karya seniman muda Cirebon, bernama Dian Mulyadi. Bersama lima anak didik keseniannya, pria yang akrab disapa Dian itu membutuhkan 25 hari untuk menyelesaikan lima topeng raksasa.

“Sejak awal pemesanan, pembelian bahan, dan hingga finishing, kami menyelesaikan selama 25 hari. Rentan 25 hari kami anggap cukup cepat, dengan kualitas kerja ekstra, dan kehati-hatian yang ekstra,” kata pria kelahiran Cirebon 19 juli 1972.

Soal bahanpun terbilang tradisional dan sederhana, Dian bersama anak didiknya menggunakan resin, cat, dan lainnya. Dengan bahan itu, mereka mengerjakan lima topeng raksasa itu dengan hasil yang menarik dan tetap kokoh.

Dian menceritakan, awalnya ia didatangi seorang yang kerajingan terhadap symbol dan ikon Cirebon. Di beberapa wilayah Cirebon, orang tersebut tidak menemukan yang membuat topeng raksasa. Saat orang itu menawarkan ke Dian, ia pun langsung menyanggupi, dengan niat berkarya.

Namun, tidak sedikit seniman Cirebon yang mencibir keberanian Dian, dan banyak pula yang merendahkan, bahwa Dian tidak akan dapat menyelesaikan Topeng Raksasa itu. “Ada saja yang bilang tidak enak, tapi perkataan itu, harus dinikmati, dan dijadikan pacuan. Saya bilang ke teman-teman ini sebuah tantangan berkesenian dan berkarya, kita harus bisa,” kata dia memotivasi seluruh anak didiknya.

Dian dan anak didiknya dengan keyakinan dan semangat terus berkarya, menyelesaikan topeng pesanan pecinta topeng khas Cirebon itu. Dian pun membanderol harga lebih dari Rp 5.000.000 per topeng.

Ekspor lukisan

Tidak hanya lima topeng raksasa, Dian telah melahirkan beragam karya seni, ukir, lukisan kaca, pernak pernik simbol atau ikon Cirebon, dari ukuran kecil hingga paling besar. Lukisan karyanya sudah terbang ke Korea, Jepang, Singapura, dan Belanda.

Di tahun 2004 silam, Dian mendapat tantangan yang cukup berat, yakni menyelesaikan 1.500 lukisan kaca dalam waktu satu bulan. Dengan keberanian, dan keyakinannya, dian dan teman-teman yang ada di sanggarnya, menyanggupi.

“Pesanan itu datang dari rekan kakak saya, untuk restoran ternama di Korea Selatan. Jadi saya bersama teman-teman di sanggar, kerja keras, dan akhirnya selesai dalam waktu yang sangat singkat. 1 bulan untuk menyelesaikan 1.500 lukisan kaca,” katanya dengan penuh senyum.

Berbicara soal omzet, Dian mengaku dapat mengantongi antara Rp 30 juta hingga 60 juta per bulan. Bahkan kalau, dapat pesanan yang cukup banyak, ia dapat mengantongi hingga Rp 100 juta per bulan.

Menurut dia, tidak ada yang waktu yang terbuang sia-sia untuk berkarya, apapun jenisnya. Terbukti, hasil karya dari Sanggar Alam Sunyaragi  tersebar Jawa hingga Bali, dan di beberapa daerah nusantara ini, bahkan hingga luar negeri, dengan jumlah yang cukup fantastis.


Darah berkesenian dari kakek

Dian Mulyadi dikenal sebagai seniman muda yang serba bisa dan kreatif. Bakat itu sudah Nampak sejak kanak-kanak dengan sering menggambar. Hari demi hari, ia terus menekuni, ulet, dan teliti pada tiap hasil karya yang dibuatnya.

Bapak dua anak itu, mengakui, darah berkesenian diturunkan dari almarhum kakeknya yang menjadi maestro dalang di Kota Cirebon. Sanggar yang Dian diami pun merupakan warisan sang kakek.

Sambil mengingat beberapa tahun silam, Dian menyampaikan, tidak mudah untuk meneguhkan menjadi seniman. Banyak orang tak yakin dengan jalan hidup seniman, selain dari luar, godaan datang banyak datang dari lingkungan dalam.

Kedua orangtuanya tidak setuju, namun setelah Dian mendapatkan penghargaan sebagai remaja pelestari kesenian dan kebudayaan daerah dari Presiden RI ke lima, Megawati Soekarno Putri, ke dua orang tua, dan keluarga akhirnya menyetujui.

Dalam kesehariannya, di sanggar, Dian juga mengajak anak-anak jalanan yang jumlahnya cukup banyak, pelajar yang sering bolos sekolah, untuk belajar, membuat karya seni, semisal, kaca limbah yang sudah tak terpakai, kulit pisang yang dijadikan celengan, dan kertas koran bekas yang dijadikan replika icon Cirebon.

Bila anda yang sedang berada di Kota Udang ini, bisa mengunjungi Sanggar Alam Sunyaragi di sekitar Situs Goa Sunyaragi. Anda akan dikagumkan dengan hasil karya yang cukup beragam. Anda juga bisa memilih beberapa di antara hasil karya Dian dan anak didiknya, sebagai buah tangan untuk keluarga di rumah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com