Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memanen Ratusan Juta Rupiah dari Bisnis Sayuran Jepang

Kompas.com - 12/10/2014, 09:13 WIB

Kostaman mengaku tak pernah berpromosi selama jadi pemasok sayuran jepang. Kata dia, melalui produk yang ia jual, para klien mengenal kualitasnya. “Kalau sudah tahu kualitas, mereka pasti akan pesan pada saya,” ujar dia.

Sortir kualitas

Dalam memasok sayuran jepang, dikenal pengklasifikasian kualitas (grading). Grading ini ditentukan berdasarkan permintaan klien. Maklum, permintaan sayuran jepang untuk diolah di restoran dengan yang dijual di swalayan berbeda.

Agus bilang, pengusaha restoran biasanya minta sayuran dengan ukuran besar. Misalnya, untuk komoditas daikong atau lobak jepang, restoran butuh lobak seberat 1,5 kg. Sementara, untuk dijual di swalayan, lobak berukuran besar takkan laku. Lobak yang dijual di swalayan berukuran kecil jadi dalam 1 kg terdapat tiga hingga empat buah lobak.

Adapun Kostaman membagi sayuran jepang berdasarkan kualitas. Sayuran berkualitas bagus akan ia pasok ke swalayan. Sementara, sisanya akan dikembalikan pada para petani. Biasanya, petani akan menjual sayuran hasil sortiran itu ke pasar tradisional.    

Punya potensi tembus pasar ekspor

Peluang terbuka dalam usaha sayuran Jepang memang sudah tidak diragukan lagi. Bahkan, para pelaku usaha sayuran jepang mengaku kewalahan memenuhi permintaan yang ada di pasar. Sebab, para petani belum bisa mengimbangi hasil panen dengan permintaan pasar.

Dengan kata lain mereka harus menghadapi kendala kontinuitas produksi sayuran. Salah satu risiko pada usaha agribisnis ini adalah panen yang kurang maksimal. Penyebab hasil panen tidak seperti perkiraan, biasanya adalah cuaca yang kurang bersahabat. Namun, menurut Agus Ali Nurdin, pemilik Okiagaru Farm, risiko bertanam sayuran jepang sebanding dengan risiko bertanam sayuran lainnya.

Padahal, baik Agus maupun Kostaman, pemilik Yan’s Fruit, mengatakan, pasar untuk sayuran jepang terbuka lebar. Permintaan pun tidak hanya ada di dalam negeri tapi juga untuk diekspor ke berbagai negara, terutama negara-negara Asia.

Agus bilang, ia pernah mendapat tawaran kerja sama dengan perusahaan asal Jepang. Permintaannya tidak main-main. Dalam sehari, Agus diminta memasok 15 ton brokoli. “Kami masih butuh investor untuk ikut membenamkan modal pada usaha ini,” ujar dia.

Kostaman pun punya pengalaman serupa. Namun ia belum berani menyanggupi karena produksi sayuran jepang mitranya belum konsisten. Terkadang hasil panen dari petani tak sesuai dengan permintaan pasar. “Potensi untuk ekspor sebetulnya ada, karena rekan saya sudah mengekspor zucchini, buncis, dan sayuran lain ke Singapura,” ujar dia. (Marantina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com