Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Terjadi "Capital Outflow" di Asia, Indonesia yang Pertama Kali Dihajar

Kompas.com - 16/10/2014, 15:14 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — IHSG berada pada posisi terendah kedua terburuk se-Asia, sedangkan rupiah ke-2 atau ke-3. Ekonom Bank DBS, Gundy Cahyadi, menjelaskan, ekonomi dunia yang seharusnya mengalami transisi belum terlihat sampai saat ini. Investor masih sedikit lebih cemas dengan pertumbuhan ekonomi.

Menurut Gundy, Indonesia bisa menjadi yang paling buruk saat terhantam lantaran struktur ekonominya paling rapuh. Current account deficit (CAD) atau defisit neraca berjalan (lebih banyak impor) saat ini tinggi, sekitar 3 persen terhadap PDB.

Dari penelitian DBS, ekonomi Indonesia bisa lebih stabil jika CAD bisa di kisaran 2,5 persen PDB. Selain gara-gara CAD, Indonesia paling terhantam karena memiliki cadangan devisa paling rendah di antara negara Asia-10, yang mencakup juga India dan Korea Selatan. "Kalau ada capital outflow (penarikan investasi), Indonesia yang pertama kali 'dihajar' investor," kata Gundy, Kamis (16/10/2014).

Selain persoalan regional, ada juga faktor domestik. Ada optimisme bahwa pemerintahan baru bisa menyelesaikan masalah. Namun dalam prosesnya, instabilitas politik mendorong terjadinya aksi jual oleh investor. "Yang lebih penting kita lakukan adalah reformasi ekonomi, do more...," kata dia.

Tim riset DBS mengemukakan, ada tiga hal yang sangat penting untuk dilakukan Indonesia. Pertama, reformasi migas, yang dalam hal ini semua pihak sepakat bahwa subsidi BBM sudah tidak lagi efisien. Kedua, memberi energi tambahan untuk sektor industri pengolahan, dan ketiga adalah menaikkan tingkat infrastruktur.

Meskipun Tiongkok diyakini menjadi pemimpin pertumbuhan perekonomian global dan memimpin Asia-10, peran Indonesia tak bisa dipandang sebelah mata.

Gundy menyebut, faktor pendorong yang ada pada Indonesia adalah market konsumen yang membuat investor optimistis bahwa perekonomian negeri ini tetap tumbuh tinggi. Di sisi lain, kelas menengah tumbuh dengan banyaknya penduduk produktif berusia 30-32 tahun.

"Secara demografis, Indonesia tetap penting, meski yang akan memelopori pertumbuhan Asia adalah China (Tiongkok)," kata dia, Kamis (16/10/2014).

Namun, dengan berbagai faktor kondisi global dan domestik, Indonesia harus mewaspadai beberapa hal selama 5-10 tahun ke depan. Gundy menuturkan, meski basis pertumbuhan Indonesia signifikan, yakni memiliki market yang besar dan kelas menengah, nyatanya beberapa bulan terakhir banyak yang bertanya mengapa finansial market relatif paling buruk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com