Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepeda Bambu asal Bogor Diminati Pasar Eropa dan Amerika

Kompas.com - 17/10/2014, 06:20 WIB
Kontributor Bogor, Ramdhan Triyadi Bempah

Penulis


KOMPAS.com - Apa yang menarik dari pohon bambu? Bagi sebagian orang, pohon bambu tidaklah begitu penting. Namun, ditangan sang maestro bambu, Jatnika, bambu dapat disulapnya menjadi sebuah karya bernilai tinggi. Adalah sepeda bambu, hasil karya tangan pria asal Cikidang, Kabupaten Sukabumi. Tak tanggung-tanggung, sepeda buatannya itu mampu bersaing di industri kancah Internasional.

Saat Kompas.com berkunjung ke rumah sekaligus workshopnya, di Perumahan Bumi Cibinong Endah, Kelurahan Sukahati, Kecamatan Cibinong, Abah, panggilan akrabnya, sangat antusias membicarakan karya sepeda bambu buatannya itu. Tapi, dibalik kesuksesannya dalam membuat berbagai macam benda dari bambu, Abah merasa kecewa dan marah dengan kondisi saat ini yang tidak peduli dengan kearifan lokal.

"Pohon bambu sudah ada dari jaman dulu, bahkan negara kita merdeka berkat perjuangan rakyat Indonesia menggunakan senjata bambu runcing. Ditambah lagi, kualitas bambu di Indonesia adalah yang terbaik di dunia. Namun, kenapa orang Indonesia sendiri tidak peka terhadap keadaan itu," ucap Abah, Selasa (14/10/2014).

Awal tercetus ide pembuatan sepeda bambu, kata Abah, karena merasa tertantang dengan negara lain yang sudah memproduksi sepeda bambu terlebih dahulu. "Masa negara lain sudah bisa membuat sepeda dari bambu, kenapa negara kita tidak bisa. Padahal jelas, di Indonesia banyak sekali tumbuh pohon bambu, dan itu kualitasnya sangat baik," ujarnya.

Untuk menghasilkan sepeda bambu yang kuat dan tahan lama, Abah harus terlebih dulu mencari jenis bambu yang cocok. Batang bambu yang digunakan merupakan bambu pilihan yang telah melewati proses seleksi dan pengawetan secara tradisional.

"Ada sekitar 21 ramuan herbal yang saya gunakan untuk merendam bambu selama tiga minggu. Kemduian barulah, dilakukan proses produksinya. Kira-kira untuk menghasilkan satu unit sepeda bambu siap pakai, butuh waktu pengerjaan sekitar sebulan lebih," kata dia.

Uniknya, dalam proses produksi, Abah mempercayakan kepada rekan-rekannya yang mempunyai background sebagai tenaga ahli dibidang industri pesawat terbang. "Soal perakitan, saya mempercayakan kepada teman-teman yang ahli dalam perakitan pesawat terbang," tuturnya.

Menurut ayah dari enam anak ini, keunggulan sepeda bambu buatannya selain memiliki karya seni tinggi, juga tidak mudah rusak karena pada batang bambu terdapat ribuan serat yang mempu menahan beban dan benturan.

Ada beragam jenis sepeda bambu buatannya, antara lain sepeda bambu fixie dan mountain bike. Untuk harganya, Abah membandrolnya antara Rp 10 juta sampai Rp 17 juta.

Namun, bagi anda yang tertarik harus bersabar dulu, karena sepeda bambu buatan Abah Jatnika belum dijual bebas di pasaran. "Saya belum berani lepas ke pasaran, kalau ada yang mau silahkan pesan, baru kami buatkan," jelasnya.

KOMPAS.com/RAMADHAN TRIADI Sepeda bambu hasil karya Jatnika

Hingga pasar Eropa dan Amerika

Jangan salah, walaupun terbuat dari bahan dasar bambu, karya Abah Jatnika sudah mencapai mencanegara. Bahkan, warga Amerika Serikat dan Eropa berbondong-bondong meminta pesanan sepeda bambu buatannya.

"Ada orang Amerika yang pesan. Lumayan lah, cukup banyak. Di Belgia pun juga sama, ada pesanan disana. Ini merupakan bukti bahwa produk Indonesia bisa bersaing di luar negeri," papar Abah Jatnika.

Selain menjadi seorang pengrajin bambu, Abah juga kerap menjadi pembicara di luar negeri untuk memperkenalkan bambu di kancah Internasional. "Justru banyak orang luar negeri, yang belajar ke Indonesia hanya untuk mempelajari bambu. Tapi kenapa orang Indonesia, justru cuek-cuek saja," ketusnya.

Dirinya berharap, semakin dikenalnya produk sepeda bambu di luar negeri, bisa meningkatkan gairah industri kreatif lainnya untuk go International. "Banyak potensi yang dimiliki bangsa ini, hanya masalahnya apakah kita berani atau tidak," pungkas Abah.

baca juga: Memanen Ratusan Juta Rupiah dari Bisnis Sayuran Jepang
 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com