Menurut Ismed, beberapa waktu yang lalu dia sudah berbicara langsung dengan Menteri Perindustrian, MS Hidayat, mengenai keinginannya. Namun, Ismed masih harus menunggu lantaran ada pihak yang menentang gagasan tersebut.
"Kami mengajukan ke Pak Hidayat kapasitasnya 2.500 ton per day. Sekitar 2,5 juta (ton) dalam satu tahun. Namun kami berkomitmen bahwa gula rafinasi itu akan kami ekspor keluar untuk mendapatkan devisa karena kami yakin betul, harga rafinasi kami sangat kompetitif dan bisa bersaing di pasar global. Jadi kami bukan pemain kandang. Kami ingin bermain di pasar regional dan juga internasional. Bukan untuk sekedar berburu rente, bukan sekedar untuk memuaskan birahi sebagai kartel," terang Ismed.
Ketika mengajukan ide ini, Ismed sebenarnya cukup percaya diri. Sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMN), RNI tidak hanya berperan sebagai tangan kanan pemerintah, namun juga sudah memiliki aset mumpuni. Saat ini RNI memiliki 10 pabrik gula dan memiliki lebih kurang 30.000 hektar lahan HGU sendiri.
"Tapi ironinya, pada saat kami berkonsultasi dengan Pak Menteri justru ada pejabat di lingkungan Kementerian Perindustrian yang menghalang-halangi, yang membuat segala argumentasi agar RNI tidak tejun ke gula rafinasi. Ini betul-betul ironi. Macam-macam alasannya. Padahal, dari persyaratan lahan segala macam kami jelas. Kami punya 30.000 hektar lahan, kok. Apanya kurang?" ucap Ismed.
Dalam rencana Ismed, RNI akan mengimpor gula rafinasi, mengolahnya bersama gula lokal, kemudian kembali diekspor.
"Kami berkomitmen nanti 60 sampai 70 persen gula rafinasi akan kita ekspor kembali. Itu komitmen kami. Tidak (untuk menyaingi gula rafinasi impor), kita ingin itu kami ekspor agar kita bisa mendapatkan devisa dari situ," tuturnya.
Menurut Ismed, pengajuan RNI untuk membangun pabrik refinasi masih berjalan. Saat ini, tahapan yang tengah dihadapi RNI adalah berusaha mendapatkan izin dari BKPM. Setelah mendapat izin, menurut perkiraan Ismet, pabrik tersebut akan segera didirikan, "Kita akan melakukan groundbreaking Desember atau November," ujarnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.