Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis dan Gaya Eksentrik Susi Pudjiastuti

Kompas.com - 27/10/2014, 15:12 WIB

KOMPAS.com - Gayanya yang eksentrik, bicaranya ceplas-ceplos. Selain nada suaranya yang berat, layaknya kaum adam, tak jarang wanita ini juga menghisap sebatang rokok filter membuat kesan 'angker' dengan orang yang berhadapan di depannya.

Ditambah gambar tato di beberapa bagian tubuh serta kerut di wajah wanita ini mungkin bisa menggambarkan betapa keras jalur hidup yang ditempuhnya.

Menteri Kelautan dan Perikanan yang baru, Susi Pujiastuti (50) sebagai wanita bisnis memang merangkak dari bawah. Dilahirkan dari kalangan pedagang, Susi memulai karirnya  sebagai pedagang ikan segar. Ia sukses di industri perikanan modern dan penerbangan carter beraset ratusan miliar rupiah.

Masing-masing adalah PT ASI Pujiastuti Marine Product yang bergerak di bisnis perikanan, dan Susi Air yang merupakan maskapai sewa dengan hampir 50 pesawat propeler jenis Cessna Grand Caravan dan Avanti. Dari dua perusahaan itu, Susi bisa menghidupi ribuan karyawan.

Jalan hidup wanita ini memang penuh liku. Seusai memutuskan keluar dari bangku SMA di daaerah perbatasan Cilacap dengan Jawa Barat, Jawa Tengah, pada 1983, Susi mulai menjalani pekerjaannya sebagai pengepul ikan dengan modal pas-pasan.

Usahanya terus berkembang. Tidak puas hanya berbisnis ikan laut di satu daerah, Susi mulai melirik daerah Pangandaran di pantai selatan Jawa Barat. Ternyata, di sana keberuntungan Susi datang. Usaha perikanannya maju pesat. Jika semula dia hanya memperdagangkan ikan dan udang, maka Susi mulai memasarkan komoditas yang lebih berorientasi ekspor, yaitu lobster.

Dia membawa dagangannya sendiri ke Jakarta untuk ditawarkan ke berbagai restoran seafood dan diekspor. Ternyata pasar yang lebih luas masih membentang luas, ekspor lobster. Karena besarnya permintaan luar negeri, untuk menyediakan stok lobster, Susi pun harus berkeliling Indonesia mencari sumber suplai lobster.

Saat itu masalah timbul. Problem justru karena stok melimpah, namun transportasi, terutama udara, sangat terbatas. Untuk mengirim dengan kapal laut terlalu lama karena lobster bisa terancam busuk atau menurun kualitasnya.

Pada saat itulah timbul ide Susi lainnya untuk membeli sebuah pesawat. Gayung bersambut, sang suami Christian von Strombeck, yang merupakan pilot berkewarganegaraan Jerman mendukungnya. Sebagai pilot pesawat carteran, Christian sudah berpengalaman dalam bisnis pesawat.

Sebuah pesawat jenis Cessna dia beli. Alat transportasi itu sangat membantunya mengangkut lobster dari daerah-ke daerah lainnya.

Dibandingkan diangkut dengan darat yang butuh waktu relatif lama dan banyak lobster yang mati di jalan, tentu pengangkutan dengan pesawat ini lebih ekonomis. Ia juga mampu meningkatkan produktivitas perdagangan ikannya. Nilai jual komoditas nelayan di daerah juga naik.

“Nelayan bisa mendapatkan nilai tambah. Misalnya saja, lobster di Pulau Mentawai yang tadinya hanya dijual Rp 40.000 per kilo ke tengkulak, setelah itu bisa dinaikkan menjadi Rp 80.000 per kilo saat itu. Uang lebih bisa dikantongi nelayan, karena tanggungan biaya transportasi turun drastis,” kata Susi kepada Tribunnews.com, saat itu.

Jadi, kebutuhan terhadap pesawat penumpang pun semakin meningkat seiring dengan ekspor yang terus bertambah. Belakangan, pesawat yang tadinya hanya untuk mengangkut barang dagangan laut, dia coba sewakan kepada masyarakat yang ingin menumpang.

“Ternyata, permintaan transportasi sangat besar karenanya kita pun mengembangkan bisnis pesawat carter ini dan Susi Air,” ujarnya.

Saat ini, Susi Air memiliki 46 pesawat kecil, antara lain jenis Cessna Grand, Avanti, dan Porter.  Harga pesawat Cessna hampir mencapai Rp 20 miliar per unit. Adapun harga pesawat Avanti bisa empat kali lebih mahal. Bisa dibilang, Susi Air saat ini telah merajai dari maskapai carteran di Indonesia.

Susi tidak puas begitu saja dengan pencapaiannya.  Wanita beranak tiga ini juga telah membangun sekolah pilot di Pangandaran. Ia beralasan, selain untuk memenuhi kebutuhan pilot juga membangun SDM dari Pangandaran dan sekitarnya, tempat kantor pusat Susi Air itu berdiri. Hal ini juga untuk mengurangi jumlah pilot asing yang masih mewarnai maskapai tersebut.

Bisnis Lobsternya sempat goyang saat terjadi bencana tsunami di selatan Pulau Jawa pada pertengahan 2000-an. Menurutnya, saat itu hampir seluruh nelayan lobster bangkrut bahkan banyak yang menjadi korban. Dari ekspor yang setahunnya bisa mencapai 10 juta dollar AS, saat itu jatuh hingga menjadi 1 juta dollar saja.

"Cukup lama untuk merecovery, butuh bertahun-tahun agar nelayan bisa kembali mendapatkan bisnis mereka kembali," ujarnya. (Hendra Gunawan)

baca juga: Kisah Susi Pudjiastuti Membesarkan Bisnisnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com