Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Benar Zaman Semakin Susah?

Kompas.com - 31/10/2014, 08:00 WIB
                                           Ryan Filbert
                                        @RyanFilbert


KOMPAS.com - Saat saya sedang duduk bersantai pada salah satu akhir pekan,saya mendengar suara televisi di ruang keluarga yang sedang menayangkan film jadul yang sangat populer dan digemari hingga hari ini, yaitu film dari Dono, Kasino, dan Indro (Warkop DKI).

Lalu, terdengar sebuah nyanyian khas dari Kasino yang mengatakan bahwa zaman saat ini semakin susah, karena semua barang selalu menjadi lebih mahal, serta sangat sulit untuk mencari pekerjaan.

Mendadak saya teringat seorang teman saya yang belum lama ini mengatakan bahwa kondisi bisnisnya sedang lesu. Dia mengakui bahwa zaman semakin susah.

Saya lalu menyadari bahwa ada sesuatu yang menarik dari apa yang saya alami ini. Dari dua masa yang berbeda–-film Warkop DKI dibuat pada era 80–90-an dan pernyataan rekan saya dibuat pada tahun 2014-–memiliki sebuah kesamaan, yaitu bahwa zaman ini susah!

Yang menjadi pertanyaan dasarnya adalah, "Apakah benar zaman memang semakin susah?"

Di sisi lain, saya juga mendengar kisah-kisah pencapaian kesuksesan baru di dunia, diantaranya:

- Pendiri Whatsapp Jan Koum. Whatsapp adalah sebuah aplikasi chatting bernilai Rp 209 triliun, yang bermula dari seorang gelandangan.

- Pendiri Facebook Mark Zuckerberg yang masuk kedalam kategori orang terkaya dan termuda di dunia.

- Pemilik Tao Kae Noi, Top Ittipat, yang berhasil membuat snack rumput laut. Dimulai dari kesulitan keuangan, ia akhirnya menjadi seorang miliader di negara Thailand.

Mereka adalah para anak muda yang berhasil mengubah dunia dan memberikan banyak inspirasi. Dan apa yang mereka lakukan membawa sebuah pernyataan terselubung, bahwa zaman terlihat semakin mudah!

Kehidupan akan berjalan kemanapun, sesuai dengan arti yang kita berikan padanya. Tidak ada sebuah keadaan pun yang terjadi di dunia ini, tanpa memiliki dua sisi sekaligus, sisi positif dan sisi negatif.

Mari kita gunakan diri saya sendiri sebagai contoh sederhananya.

Ketika saya menulis artikel ini, banyak orang yang membaca dan merasa diberikan pencerahan. Namun di sisi lainnya, mungkin banyak juga yang mencibir dan mencaci maki saya, ”Emang lu udah sukses?”"Menulis lebih mudah ketimbang menjalani," dan lain sebagainya.

Namun, itulah hidup yang kita jalani, semua bergantung bagaimana kita memberi arti.

Keadaan dalam hidup kita juga tidak akan bertambah baik, ketika kita memikirkan semua hal buruk yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Karena apa? Karena kita fokus pada masalah dan tidak fokus pada solusi.

Ya, saya juga mengalami hal-hal sulit dalam kehidupan saya, dan saya berusaha untuk mencari solusi atas apa yang saya alami, dan ternyata setidaknya ada beberapa hal yang ingin saya bagikan kepada Anda:

1. Mendekati dan menjadi

Kesuksesan kita bergantung kepada siapa kita berinteraksi. Bila kita lebih banyak berinteraksi dengan orang-orang bermasalah, maka kita akan dekat dengan masalah. Sedangkan bila kita berdekatan dengan orang-orang yang memiliki pemikiran buruk, maka kita akan menjadi orang yang selalu berprasangka.

Dulu, saya adalah orang yang sangat anti dengan seminar dan pelatihan. Mengapa demikian? Karena saya berpikir dengan ajaran yang ditanamkan kepada saya semenjak kecil, "Bila pembicaranya berhasil dan menjadi kaya dengan metode itu, buat apa ilmunya dibagikan?"

Namun hari ini saya menyadari kesalahan pandangan yang dulu ada dalam diri saya. Sebenarnya ini sebuah hal yang sangat sederhana. Kira-kira apa yang terjadi dengan dunia ini, bila James Watt menyimpan sendiri penemuan mesin uapnya, Alexander Graham Bell menyimpan teleponnya, Wright bersaudara menyimpan pesawatnya, Archimedes menyimpan penemuan yang menginspirasi ditemukannya kapal, Albert Einstein menyimpan penemuan relativitasnya, dan penemu-penemu lain menyimpan apa yang mereka temukan?.

Dengan siapa kita berteman menentukan, akan menjadi apa kita.

2. Jauhi tiga langkah PASTI GAGAL

Apakah Anda juga meyadari bahwa mencari teman jauh lebih sulit daripada mencari lawan?Mencari lawan sangatlah sederhana.Berdirilah dari tempat duduk Anda saat ini dan teriakkan kata-kata kasar dan tinggi ke orang asing yang paling dekat dengan Anda saat ini, maka selamat, Anda mendapatkan musuh baru.

Ini samahalnya dengan kegagalan dan keberhasilan.Mencari kegagalan jauh lebih mudah dibandingkan mencari keberhasilan. Anda cukup duduk diam dan jangan lakukan apapun, maka sebenarnya Anda sudah gagal akan sesuatu.

Duduk diam saja membuat Anda gagal, dan ketika Anda tambahkan tiga sikap, yaitu menyalahkan sesuatu atau seseorang atas kegagalan Anda,  mencari alasan atas kegagalan Anda, dan menghakimi untuk melakukan pembenaran atas apa yang terjadi (blame, excuse and Justify), maka sebenarnya Anda tidak akan berjalan kemanapun, karena Anda sudah pasti gagal.

Pernyataan bahwa zaman semakin sulit adalah sebuah pernyataan yang sudah sampai pada pembenaran atau justify, dan ini adalah batas akhir dari upaya yang akan kita lakukan.

3. Salah mencari tujuan

Ketika tujuan tidak tercapai, banyak orang yang salah mengambil langkah selanjutnya. Bukannya mencari solusi agar tujuan tercapai sesuai target, kadang orang justru menurunkan standardisasi tujuannya.

Saya ingat betul apa yang saya lakukan ketika saya masih di Sekolah Dasar. Ketika saya mendapatkan nilai jelek dalam ujian, tentunya saya sangat takut dimarahi oleh orang tua saya, sehingga ketika ditanya, “Kenapa nilainya jelek?" maka jawaban saya adalah ,"Wah! Ini masih mending dapat nilai segini, separuh kelas nilainya dibawah saya."

Kita sering mencari 'teman gagal' untuk kegagalan kita, padahal seharusnya, kita mencari siapa yang berhasil dalam hal yang  kita jalani tersebut dan bertanya, ”Mengapa dia berhasil dan saya tidak? Apa salah saya?"

Zaman akan menjadi semakin sulit ketika Anda menyimpulkan bahwa zaman memang bertambah susah dan Anda telah kalah. Namun, Anda selalu memiliki pilihan untuk memikirkan apa yang harus dilakukan agar saya bisa melaluinya dengan sukses.

4. Menggenggam kacang seperti monyet

Di pedalaman, cara menangkap monyet liar rupanya sangat mudah. Anda cukup menyiapkan sebuah wadah atau guci yang hanya cukup untuk dimasuki oleh tangan monyet. Namun ketika menggenggam, maka tangan monyet itu tidak bisa keluar.

Jadi, pemburu hanya tinggal menaruh beberapa kacang di luar wadah, dan banyak kacang di dalam wadah. Monyet akan datang memakan kacang yang ada di luar, lalu memasukkan tangan ke dalam wadah, berupaya untuk mengambil kacang yang banyak tersebut.

Namun ketika tangan monyet menggenggam, tangannya tidak bisa keluar dari wadah, dan sang monyet akan terus berupaya keras untuk tetap menggenggam dan hasilnya, ia tetap tidak bisa mengeluarkan tangannya. Tinggallah si pemburu datang dan menangkap monyet tersebut.

Padahal, cara untuk mengeluarkan tangan sangatlah mudah, yaitu sang monyet tinggal melepaskan kacang di dalam wadah dan ia pun akan bisa meninggalkan jebakan tersebut. Namun karena tidak rela melepaskan kacang di tangannya, maka monyet menjumpai risiko yang lebih besar, sampai-sampai membahayakan nyawanya sendiri.

Ya, dalam hidup kita pun demikian. Kadang kita tidak mau sadar bahwa di dalam bisnis maupun usaha, memang ada yang dinamakan siklus, dan agar bisa bertahan, kita perlu meng-upgrade bisnis yang kita miliki agar mengikuti perkembangan zaman. Bila kita terlambat meng-upgrade, maka bisa saja bisnis dan usaha kita merugi dan menjadi susah.

Saat ini, mana yang lebih mudah untuk Anda jual? Laser disc atau piringan yang merupakan generasi pertama dari teknologi Blue Ray, ataukah teknologi Blue Ray itu sendiri? Bila memang sebuah bisnis telah mengalami kejenuhan, kita harus berani berpindah ke tempat lain yang memiliki potensi lebih besar, sebelum menunggu waktu yang mematikan kita.

Ya, saya sadar bahwa melakukan lebih sulit daripada menuliskan, tapi inilah hidup, dan semua bergantung pada arti yang Anda berikan pada hidup Anda.

Salam investasi untuk Indonesia

Ryan Filbert merupakan praktisi dan inspirator investasi Indonesia. Berusia 28 tahun, Ryan memulai petualangan dalam investasi dan keuangan semenjak usia 18 tahun. Aneka instrumen dan produk investasi dijalani dan dipraktikkan, mulai dari deposito, obligasi, reksadana, saham, options, ETF,  CFD, forex, bisnis hingga properti. Semenjak 2012, Ryan mulai menuliskan perjalanan dan pengetahuan praktisnya. Buku-buku yang telah ditulis antara lain: Investasi Saham ala Swing Trader Dunia, Menjadi Kaya dan Terencana dengan Reksa Dana, Negative Investment: Kiat Menghindari Kejahatan dalam Dunia Investasi dan Hidden Profit from The Stock Market. Di bulan Oktober Ryan Filbert menerbitkan 2 seri buku baru pada trading saham berjudul : ‘Bandarmology’ dan investasi pada property ‘Rich Investor from Growth Property’

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com