Hal itu diungkapkan Menteri Keuangan Bambang Brojonegoro saat Rapat Koordinasi Nasional Kabinet Kerja di Kementerian Dalam Negeri, Selasa (4/11/2014). Menurut Bambang, ketika Indonesia masih bergabung ke dalam organisasi negara pengekspor minyak ( Organization of the Petroleum Exporting Countries - OPEC), saat itu produksi minyak Indonesia mencapai 1,3 juta barel per hari.
"Saat ini lapangan minyak kita yang masih banyak yaitu Banyu Urip yang ada di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur dan impor kita lebih tinggi daripada ekspor kita. Jadi persepsi Indonesia sebagai negara minyak itu salah," kata Bambang.
Dalam kesempatan itu, Bambang pun mengingatkan kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo agar dapat dengan bijak mengelola sumber minyak yang ada. Jangan sampai, kebijakan yang salah justru hanya akan mempercepat menjadikan Indonesia sebagai negara importir minyak.
Meski cadangan minyak Indonesia menipis, namun cadangan gas alam masih cukup besar. Sayangnya, cadangan alam yang besar itu belum dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mendapatkan devisa negara.
Bambang pun mengapresiasi langkah Pemda DKI Jakarta yang memulai program konversi minyak ke gas bumi. Selain sebagai bentuk penghematan minyak, konversi tersebut juga untuk meningkatkan manfaat gas yang ada. "Saya harap Pak Basuki dapat menambah jumlah SPBU yang menjual gas ke depan," katanya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.