"Saya agak surprised BI cepat merespons kebijakan kenaikan harga BBM dengan cepat. Meski saya bisa memahaminya, tetapi saya semula berharap BI menunggu lebih dulu asesmen inflasi November oleh BPS," kata ekonom Universitas Gadjah Mada, sekaligus Komisaris Independen Bank Permata Tony Prasetiantono, Selasa (18/11/2014) malam.
Menurut Tony, jika inflasi November hanya naik 2 persen seperti perhitungan yang disampaikan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, maka total inflasi selama Januari hingga November 2014 akan ada di level 6,2 persen. Dengan angka itu, dia berpendapat BI seharusnya masih bisa menahan kenaikan BI Rate setidaknya hingga bulan depan tetap di level 7,5 persen.
"Saya juga heran BI tidak sabar menunggu perkembangan respons pasar terhadap kebijakan (kenaikan harga) BBM. (Padahal), rupiah hari ini menguat ke Rp 12.100-an dan IHSG naik ke 5.100-an," lanjut Tony.
Ekonom dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Aviliani, bahkan tegas menyatakan tak setuju dengan langkah BI ini. "Saya sih termasuk yang tidak setuju untuk (BI Rate) dinaikkan sekarang," ujar dia, Selasa.
Kenaikan BI Rate ini Aviliani khawatirkan justru bakal mendorong inflasi melonjak lagi ke kisaran 6,5 persen hingga 7 persen, menambah imbas kenaikan harga BBM terhadap inflasi tahunan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.