Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pekerjaan Ajaib Tanpa "Ngantor"

Kompas.com - 20/11/2014, 06:19 WIB

Oleh: Dedy Dahlan

KOMPAS.com - Kalau Anda mau berhenti sejenak, lalu memandang ke sekitar Anda dengan teliti, Anda bakal menemukan bahwa yang namanya ‘bekerja’ di zaman sekarang ternyata tidak lagi harus berarti aktivitas ‘kantoran’! Tidak lagi semuanya harus 9 to 5. Dan tidak lagi harus selalu dalam bentuk yang itu-itu saja.

Definisi kata ‘bekerja’ di masa sekarang harusnya sudah berubah jauh dari beberapa tahun yang lalu, apalagi dari tahun 90-an, apalagi dari era ibu bapak kita. Dan untuk Anda yang jeli, Anda bakal melihat sendiri, betapa gilanya profesi dan pekerjaan zaman sekarang!

Waktu kecil, salah satu kenalan saya paling hobi ‘berdiskusi satu arah’ – baca: ‘diomelin’ – sama gurunya. Saking seringnya dimarahi guru, hal itu membuat dia sudah rutin seperti minum obat. “Sehari dua kali ya Cep, telan omelannya pake aer putih yang banyak”, kata kepala sekolahnya meniru gaya dokter.

Kenapa? Karena dia ini paling hobi menggambar di kelas. Di kelas IPS, dia menggambar. Di kelas IPA dia asyik menggambar. Di kelas Matematika, dia malah menggambar Son Goku dari komik Dragon Ball yang lagi menghajar KO rumus yang dikasih gurunya.

“Heh! Kamu malas banget sih! Nanti kalau kamu besar, enggak akan ada orang yang mau ngebayar kamu buat ngegambar begituan tahu!” kata gurunya dengan penuh emosi.

Saat ini dia sudah dewasa, tahukah Anda apa pekerjaannya? Dia menjadi seorang komikus. Dibayar dalam dollar AS, dia menggambar komik untuk beberapa perusahaan besar di Amerika Serikat, termasuk Image Comics, dan dia adalah pemilik sebuah studio komiknya sendiri. Dia dibayar untuk menggambar! Nah lho.

Ada juga seorang teman saya yang sangat suka dengan media sosia. Sejak pertama ketemu dengan saya beberapa tahun lalu, jarinya tidak pernah lepas dari keyboard dan handphone. Sama seperti kenalan saya yang sebelumnya, dia paling hobi diomelin sama orang tuanya.

“Ini anak kok maenan handphone teruuuus. Mana ada orang yang mau bayar kamu buat maenan handphone!” kata orang tuanya.

Sekarang, dia bekerja sebagai Buzzer dan Blogger. Dia dibayar lumayan besar untuk maenan handphone, tanpa jam kerja 9 to 5, tanpa kewajiban ke kantor, dan sambil jalan- jalan pula! Dia dibayar buat maenan handphone! Nah lho lagi.

Apa intinya? Intinya, adalah bahwa dunia kerja ternyata sudah berubah!

Kalau Anda jeli, Anda akan melihat sendiri, betapa banyaknya profesi baru yang bermunculan, yang 5-10 tahun lalu bahkan belum ada! Profesi yang dulu bahkan belum terpikirkan!

Dulu, tidak ada yang namanya Buzzer, Blogger, Food Stylist, Professional Shopper. Kini, semua profesi itu ada dan nyata. Orang- orang sungguh- sungguh bekerja dengan maenan handphone saja; bekerja di kamar hanya dengan modal laptop dan sinyal Wi Fi saja; bekerja tanpa jam kantor dengan menjadi penata makanan; atau bahkan dibayar tinggi untuk keluar negeri dan berbelanja!
Bagaimana ini bisa mungkin? Sederhana. Karena perkembangan dan perubahan teknologi.

Setiap ada perkembangan teknologi, selalu ada perkembangan dan perubahan gaya hidup. Setiap perkembangan gaya hidup, membawa suatu kebutuhan dan peluang baru. Artinya, setiap perkembangan akan selalu membuka peluang baru untuk melahirkan profesi baru dan pekerjaan-pekerjaan baru!

Dan kenapa enggak? Kenapa harus kaget? Zaman dulu, untuk mengirim pesan, tidak ada SMS. Untuk mengirim gambar komik ke Amerika Serikat tidak ada internet dan Dropbox. Untuk mempromosikan produk dan brand secara langsung ke publik atau konsumen, tidak ada social media. Dan tidak adanya budget airlines di masa lalu menyebabkan mahalnya biaya berbelanja ke luar negeri. Tapi setelah semua itu ada dan berubah, pastilah muncul kebutuhan dan celah untuk profesi- profesi baru!

Generasi Y, sebagai ‘tuan rumah’ era saat ini punya sifat dasar yang lebih kreatif dalam memandang peluang dan mampu melihat fenomena profesi- profesi baru ini, asalkan mereka tidak ‘keterusan’ mengadaptasi pola pikir lama dari Generasi X yang kebanyakan masih cenderung berpola pikir ‘kerja 9 to 5’.

Pekerjaan ‘ajaib’ tanpa ngantor itu kini sangatlah mungkin. Dan yang namanya bekerja, sekarang tidak lagi harus selalu 9 to 5. Kalau kita bisa mulai menyadari hal ini, mungkin kita bisa mulai menciptakan profesi baru yang kita impikan dari dulu!

Sekarang, cobalah Anda ingat- ingat kembali apa sebenarnya profesi impian yang Anda inginkan beberapa tahun lalu. Lalu pelajari bagaimana perkembangan teknologi dan situasi saat ini mungkin sudah membuat profesi impian itu jadi mungkin dan bisa diciptakan!  Kata siapa bekerja harus selalu 9 to 5? Saya enggak kok.
(Dedy Dahlan | Passion Coach)


Dedy Dahlan adalah penulis best seller dari buku "Lakukan Dengan Hati", "Ini Cara Gue", dan "Passion! – Ubah Hobi Jadi Duit", yang dikenal luas dengan gaya penulisan dan gaya panggungnya yang jenaka, nyeleneh, blak-blakan, kreatif, dengan materi praktikal. Biasa dipanggil Coach D, ia adalah anggota dan Coach tersertifikasi dari ICF (International Coach Federation), yang memusatkan diri pada pengembangan passion dan profesi.

Memperkenalkan metode PIPO Passion Coaching-nya sebagai pembicara di ICF’s Indonesia Coaching Summit 2013, Coach D adalah inisiator dari konsep "Fun Learning" dan "Passion Based Office", serta kerap menggunakan skill stand up comedy dalam training dan seminar-seminarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com