Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Saja Tantangan Ekonomi Indonesia Menurut Bank Indonesia?

Kompas.com - 21/11/2014, 05:47 WIB
Tabita Diela

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Perekonomian Indonesia dipastikan akan menghadapi berbagai tantangan, baik tantangan global maupun domestik. Berbagai tantangan tersebut dikemukakan dalam acara "Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2014" di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (20/11/2014) malam.

Paparan tersebut disampaikan langsung oleh Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo di depan Presiden Joko Widodo, jajaran Kabinet Kerja, para pemimpin otoritas dan lembaga keuangan, perbankan, serta anggota Komisi XI DPR.

Suku bunga Amerika

Agus menyebutkan, setidaknya ada empat tantangan yang bakal dihadapi oleh perekonomian Indonesia, mulai dari kenaikan suku bunga di Amerika Serikat, meningkatnya utang luar negeri korporasi, hingga kecenderungan Indonesia mengekspor bahan mentah bernilai tambah rendah.

SHUTTERSTOCK Ilustrasi
"Kenaikan suku bunga di Amerika Serikat sekecil apapun akan mengubah keseluruhan konstelasi geo-moneter," tegas Agus.  Penilaian ulang terhadap risiko investasi dan valuasi aset finansial di pasar global yang mengikuti kenaikan the Fed-fund rate itu dapat memicu pergeseran penempatan investasi portofolio lintas negara,"

Kebijakan moneter Amerika, papar Agus, dapat pula menyebabkan berkurangnya aliran modal yang masuk ke Indonesia. "Padahal, modal asing selama ini memberikan manfaat bagi pembiayaan fiskal dan defisit neraca berjalan," kata dia.

Tantangan mikro

Tantangan kedua adalah kerentanan di tingkat mikro. Menurut Agus, setidaknya ada dua indikator kerentanan tersebut. "Pertama, tingkat utang luar negeri korporasi yang semakin membesar, tetapi sebagian besarnya belum terlindung dari risiko gejolak kurs," sebut dia.

Adapun indikator kedua dari kerentanan itu, lanjut Agus, adalah akumulasi modal portofolio oleh investor luar negeri pada obligasi negara yang sudah sangat besar. "Ini dapat dengan mudah mengalir keluar serta memicu gejolak kurs ketika terjadi guncangan dari eksternal."

Struktural riil dan defisit teknologi

Agus melanjutkan paparannya dengan menyebutkan tantangan ketiga, yaitu tantangan struktural sektor riil. "Selama ini, ketergantungan kita yang tinggi pada ekspor sumber daya alam bernilai tambah rendah telah membuat pertumbuhan ekonomi rentan terhadap fluktuasi harga," kata Agus.

KOMPAS/M SUPRIHADI Ilustrasi: areal tambang batubara
Selain itu, tutur Agus, kemampuan perekonomian Indonesia untuk mengekspor barang bernilai tambah tinggi--baik dengan memanfaatkan faktor produksi domestik maupun impor barang antara--juga masih lemah.

Adapun tantangan keempat perekonian Indonesia di hari-hari mendatang adalah defisit teknologi. "Ketidaktersediaan teknologi membuat Indonesia harus mengimpor barang modal dan barang antara," ujar dia.

Sebelumnya, dalam acara yang sama, Agus menyatakan perekonomian Indonesia akan menghadapi jalan terjal dan bergelombang. (Baca: Gubernur BI: Ekonomi Indonesia Akan Tapaki Jalan Terjal dan Bergelombang).

Agus juga menyampaikan data bahwa selama 2014 perekonomian Indonesia melambat, tetapi dia pun menyodorkan sejumlah data bahwa di tengah perlambatan pertumbuhan itu tetap ada perbaikan yang terjadi. (Baca: Sepanjang 2014, Ekonomi Indonesia Melambat tetapi...).


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com