Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Setelah Menaikkan Harga BBM, Pemerintah Jangan Terlena...”

Kompas.com - 04/12/2014, 17:00 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah diminta untuk tidak terlena karena telah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Sebab, menurut pengamat ekonomi Universitas Indonesia Faisal basri, sekarang ini adalah saat yang tepat untuk melakukan perubahan struktural.

Indikasi momentum tepat, inflasi pada bulan November 2014 tergolong rendah meski pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi pada pertengahan bulan. “Kenapa inflasinya rendah? Karena harga komoditi yang kita impor juga rendah,” kata Faisal, dalam Seminar Nasional “Outlook Perekonomian Indonesia tahun 2015”, Kamis (4/12/2014).

Dia menyebutkan, beberapa komoditas yang harganya turun drastis yakni gandum. “Misalnya, Pak Franky Welirang tidak naikkan harga Indomie karena memang gandum turun,” ucap Faisal.

Selain gandum, Faisal menambahkan, harga komoditas lainnya seperti kedelai, jagung, dan gula juga melandai. “Ini (pemerintah) harus betul-betul memanfaatkan momentum. Jangan terlena, nanti saja perubahan strukturalnya. Harus berusaha. Tuhan juga marah kalau kita berdoa terus tapi enggak usaha,” kata dia.

Selain itu, sebut dia, dinamika regional saat ini juga sedang menguntungkan Indonesia. “Ini gantian kok. Dulu kita kena bom, Thailand untung, Malaysia untung. Sekarang giliran mereka (kita yang untung),” kata Faisal.

Demonstrasi di Hongkong dan instabilitas politik di Thailand telah menguntungkan Indonesia. Tensi yang meningkat antara Jepang dan Tiongkok juga menimbulkan sentimen anti Tiongkok dan anti Jepang yang luar biasa. Selain itu, sengketa Laut Tiongkok Selatan juga disebut memberikan keuntungan bagi Indonesia.

“China memerintahkan travel warning ke Thailand dan Serawak karena dua gadis Tiongkok diperkosa di Sabah. Belum lagi MH yang dua kali hilang. Itu gain buat kita. Terlihat di sektor otomotif dan pariwisata yang meningkat,” jelas Faisal.

Dia menambahkan, saat ini Indonesia menjadi negara peringkat pertama tujuan investasi, menggeser Tiongkok.  Indonesia juga masuk dalam radar investor asing di peringkat 18. Perubahan struktural yang dilakukan pada momentum tepat pun diharapkan dapat menguatkan nilai tukar.

“Jadi tidak ada alasan rupiah tidak rebound. Inilah momen terbaik rupiah rebound, dan dikaitkan dengan ekspektasi di masa datang,” ucap Faisal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com