Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stok Garam Nasional Cukup Sampai 6 Bulan ke Depan

Kompas.com - 09/12/2014, 19:07 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Stok garam nasional dipastikan cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dalam enam bulan ke depan.

Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Sudirman Saad menuturkan, hingga akhir tahun ini surplus stok nasional diperhitungkan mencapai 943.809 ton.

Sudirman menyebutkan, meski surplus hampir 1 juta ton, namun Indonesia belum dipastikan bebas impor garam industri pada tahun mendatang. Sebab, pemerintah belum memetakan serapan surplus tersebutuntuk industri ataukah konsumsi.

"Saya mendorong seharusnya deklarasi stop impor garam. Tapi Mendag bilang tunggu dulu. Kita petakan surplus itu garam industri atau konsumsi," kata Sudirman, di Jakarta, Selasa (9/12/2014).

Kendati demikian, Sudirman yakin, surplus garam yang ada masih bisa diolah menjadi garam industri. Untuk mengolah ini, dia bilang, Kementerian Perindustrian harus bergerak cepat.

Tabungan 6 Bulan

Namun, lanjut Sudirman, jika surplus tersebut seluruhnya akan diperuntukkan garam konsumsi, maka tabungan garam konsumsi Indonesia bisa memenuhi kebutuhan 6 bulan ke depan. Kebutuhan garam konsumsi nasional dalam setahun sebanyak 1,7 juta ton, atau setara 120.000 per bulan.

"Kalau (surplus) ini mau dijaga untuk konsumsi saja, bisa enam bulan," sebut Sudirman. Sudirman menjelaskan, surplus garam tahun ini diperoleh dari ketersediaan yang berjumlah 4,8 juta ton, sementara kebutuhan garam nasional seluruhnya sebesar 3,857 juta ton.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com