"Harga rica (cabai) kali ini memang bikin kami berteriak. Sedikit lagi jadi Rp 200.000. Mau bagaimana ini, tidak mau beli pelanggan tidak akan makan kalau tidak ada rica. Susahnya kami serba salah kalau mau menaikan harga jualan," keluh Erny, salah satu pengusaha warung makan di kawasan kuliner Marina Plaza, Senin (15/12/2014).
Beberapa warga lainnya yang ditemui di Pasar Bersehati mengakui hal yang sama. Mereka khawatir semakin dekat Natal harga cabai merah terus melambung dan tak terkendali. "Kalau harga bensin naik tidak masalah dengan kami, tapi jangan harga rica yang terus naik begini," ujar Larasasti, warga Tuminting.
Keluhan warga Manado dapat dimaklumi, karena konsumsi cabai merah di Kota Manado dan di Sulawesi Utara pada umumnya tercatat cukup tinggi. Dari catatam Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Utara, konsumsi cabe merah Sulut per bulannya bisa mencapai 500 ton, dan meningkat pesat pada saat ada perayaan hari raya. Orang Minahasa pada umumnya tidak bisa makan tanpa ditemani menu bercitarasa pedas yang menyengat.
Namun di sisi lain, kenaikan harga cabe merah yang sangat tinggi tersebut justru sangat menguntungkan bagi para petani cabe. Salah satu petani cabai dari Minahasa, Joice mengungkapkan kenaikan harga cabai tahun ini memang sangat menguntungkan buat mereka.
Menurut dia, dirinya menjual cabai merah ke pengumpul seharga Rp 130.000 hingga Rp 150.000 per kilogram.
Dengan luas lahan tanaman cabai mencapai 1 hektar yang dimiliki kelompoknya, Joice mengaku bisa meraup pendapatan hingga Rp 1 miliar pada saat panen.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.