"Eksodus masyarakat dan pegawai besar. Dampaknya masih terasa (saat ini), tapi denyut nadinya mulai kembali," ujar salah satu pemilik warung Anwar Hadi di Kecamatan Maluk, Sumbawa Barat, Jumat (19/2014).
Pria 42 Tahun tersebut mengungkapkan, omzetnya sempat turun 80 persen akibat Newmont stop operasi. Selain Anwar, pemilik Rumah Makan Luwes Handayani (50) juga mengaku sempat terkena dampak dari tidak beroperasinya perusahaan tambang terbesar kedua di Indonesia itu. Bahkan, Handayani sempat memberhentikan pegawainya.
"Sebelumnya 10 karyawan, kemudian dikurangi 4 . Lalu jadi tambah lagi jadi 10 setelah (Newmont) kembali beroperasi," kata wanita asal Malang tersebut.
Menurutnya, jika dibandingkan sebelum stop beroperasinya Newmont, omzetnya saat ini turun drastis. Ia menuturkan pendapatannya per hari bisa Rp 7 juta. Namun, saat penghentian operasi hanya Rp 500.000.
Sementara itu, pengawas pabrik PT Ridho Bersama (PTRB) Muhammad Yasin mengatakan bahwa perusahaan kecil tersebut sempat berhenti beroperasi selama satu bulan. Perusahaan yang memproduksi jaring reklamasi dari serabut kelapa tersebut mengaku tidak menerima pesanan produk dari Newmont.
"Simpang siur Newmont membuat kita ikut tutup (operasi) juga. Sempat berhenti operasi 1 bulan," ucap Yasin Di Kabupaten Sumbawa Barat, Newmont menjadi jantung ekonomi. Pasalnya, PT NTT menyumbang 92 persen pendapatan domestik (PDB) kabupaten.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.