Stasiun televisi CNN menyoroti pertanyaan kedua. Memajukan jadwal penerbangan ke jam yang sibuk dan pada saat cuaca buruk dianggap sebagai keputusan yang salah.
Masalahnya, seperti terlihat pada grafis, dalam kondisi cuaca buruk, pilot membutuhkan ruang manuver yang lebih besar dan lebih tinggi.
Hal itulah yang tidak diperoleh pilot berpengalaman dari AirAsia QZ8501. Cuaca buruk, pilot tidak memiliki ruang untuk menaikkan pesawat, dan jadwal dimajukan ke jam sibuk.
Beberapa hari ke depan, publik menunggu penjelasan yang lebih komprehensif mengenai apa yang terjadi.
Kecelakaan AirAsia bukan cuma soal AirAsia dan korban beserta keluarga.
Ini soal yang lebih besar: Apakah kita bisa menggantungkan nasib kita, nasib keluarga kita, pada pengelola industri penerbangan?
Apakah maskapai dengan penerbangan murah benar-benar memberi harga murah atau nyawa manusia yang dinilai murah?
Inilah inti soalnya: Seberapa kuat otoritas penerbangan dan pengelola low cost carrier berpihak pada nasib manusia? (Dahlan Dahi dari Singapura)
*Pemimpin Redaksi Tribunnews.com
Baca juga:
Kerugian hingga Kecelakaan Warnai Perjalanan Bisnis Indonesia AirAsia di 2014
Internasional Puji SAR Indonesia sebagai Tim Terbaik di Asia
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.