Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biarlah Premium Dilepas ke Pasar, Asal Harga Bahan Pokok Terjangkau

Kompas.com - 03/01/2015, 15:39 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah memutuskan melepas harga bahan bakar minyak (BBM) beroktan 88 atau yang dikenal dengan sebutan bensin premium pada mekanisme pasar. Konsekuensinya, ke depan, harga premium pun bergerak naik-turun mengikuti pergerakan harga minyak dunia.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Srihartati menengarai, ada kemungkinan keputusan pemerintah itu menyebabkan harga-harga kebutuhan berfluktuasi. “Itu pasti menimbulkan gejolak,” kata Enny kepada Kompas.com, Sabtu (3/1/2015).

Menurut Enny, harga premium bisa jadi dinaik-turunkan oleh pemerintah menyesuaikan harga pasar dunia. Namun, dia berharap, jika kenaikan harga minyak dunia tidak terlalu signifikan, sebaiknya pemerintah tidak ujuk-ujuk ikut menaikkan harga premium. “Kalau naiknya Rp 100 misalnya, belum perlu saya rasa,” imbuh Enny.

Terlepas dari fluktuasi harga premium itu sendiri, Enny meminta pemerintah untuk lebih memperhatikan stabilitas harga kebutuhan pokok. Selama ini, bobot BBM dalam perhitungan inflasi Badan Pusat Statistik (BPS), tidaklah pasti.

“Itu yang selama ini tidak pernah dibuka. Jangan-jangan selama ini ada missed. Kenapa misalnya harga bawang dan cabai yang naiknya besar, lebih menentukan inflasi,” jelas Enny.

Padahal, premium –seperti halnya solar– juga banyak digunakan untuk kegiatan ekonomi, seperti distribusi barang dan orang atau transportasi. Namun, toh jika pemerintah bersikukuh BBM tidak memberikan andil besar terhadap inflasi, maka Enny berpendapat pasokan bahan pangan wajib stabil.

“Inflasi itu kuncinya bahan makanan pokok (pangan). Itu yang mempunyai dampak signifikan. Katakanlah biaya distribusi –karena premium di lepas ke pasar– tidak bisa dijaga lagi, pemerintah harus menjaga kepastian pasokannya,” ucap Enny.

Enny lebih lanjut menuturkan, mumpung Perum Bulog baru saja mengalami penyegaran, pemerintah seharusnya bisa menggenjot peran Bulog sebagai stabilisator harga-harga.

Membiasakan masyarakat

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil menilai, keputusan pemerintah untuk melepas premium kepada mekanisme pasar bertujuan untuk membiasakan masyarakat agar tak tergantung pada subsidi. Dia berharap, dengan begitu, masyarakat lebih bijak dalam mengonsumsi BBM.

Sofyan juga mengatakan, pemerintah belum berencana akan memberikan subsidi lagi pada premium, kalaupun harga minyak dunia bullish pada tahun ini. “Jangan bicara itu (subsidi) dulu. Yang penting sekarang kita lepaskan pada harga keekonomian biar masyarakat terbiasa dengan harga keekonomian. Dan itu akan membuat masyarakat berhemat. Karena energi biar bagaimana pun adalah barang langka,” ucap Sofyan, kemarin.

Lebih lanjut, Sofyan menuturkan, masyarakat pun nantinya akan terbiasa dengan naik-turunnya harga akibat fluktuasi harga premium. “Kalau naik turun, masyarakat akan terbiasa, ada inflasi, ada deflasi, akan lebih baik, APBN kita lebih baik dan subsidi bisa ke lebih produktif,” kata dia.

Kendati demikian, menurut Sofyan, pemerintah akan meninjau kembali harga premium secara berkala. Ia pun menampik kemungkinan inflasi tak terkontrol jika harga BBM berubah-ubah dalam kurun waktu tertentu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com