Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Indonesia Masih Tergantung Garam Impor

Kompas.com - 07/01/2015, 17:41 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Meski produksi garam konsumsi sudah lewat dari target, namun sepanjang tahun 2014 lalu Indonesia masih melakukan importasi untuk garam industri sebesar lebih dari 2 juta ton.

“Tahun kemarin kita impor garam 2 juta ton lebih sedikit. Dan terbesar importasi garam itu 1,5 juta ton untuk garam CAP (Chlor Alkali Plant), yaitu garam untuk industri kertas, kaca, dan kimia lainnya,” ucap Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Sudirman Saad dalam paparannya, Rabu (7/1/2015).

Artinya, lanjut dia, sebesar 75 persen garam yang diimpor sepanjang tahun lalu diperuntukkan industi CAP. Selebihnya, sebanyak 450.000 ton garam diperuntukkan industri aneka pangan. “(Industri) Ini juga membutuhkan garam yang banyak diimpor,” imbuh Sudirman.

Pemerintah sejauh ini mencermati peruntukan garam impor untuk industri aneka pangan ini. Sebab, dia menduga garam untuk aneka pangan inilah yang banyak merembes ke pasar garam konsumsi. “Dan memberikan tekanan pada garam rakyat,” lanjut Sudirman.

Sementara itu, sebanyak 120.000 ton garam impor diperuntukkan industri pertambangan, dan pengeringan kulit. Dan sebanyak 50.000 ton garam impor diperuntukkan industri farmasi. “Ini yang paling tinggi spesifikasinya untuk cairan infus. Kebutuhannya sedikit, tapi kandungan NaCl (Natrium Klorida) harus 99 persen,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com