Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bob Sadino dan Petuah-petuahnya ...

Kompas.com - 20/01/2015, 07:45 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Bob Sadino, pengusaha agrobisnis sukses, meninggal dunia pada Senin (19/1/2015). Semasa hidup, ia tak segan-segan berbagi pengalamannya menggeluti dunia usaha.

Salah satu yang melekat adalah ketika kasus penggelapan dana oleh sebuah perusahaan agribisnis di Jawa Barat mencuat pada awal tahun 2000-an. Saat itu, bos perusahaan agribisnis tersebut membawa kabur uang investor hingga miliaran. Awalnya, pelaku menjanjikan laba kepada para investor asalkan mereka bersedia menyetorkan sejumlah uang ke rekening tertentu

Saat itu, almarhum Bob mengatakan, hal tersebut adalah pembodohan otak.

"Tulis saja itu, biar saja saya dikatakan ngomong kasar. Orang Indonesia itu harus dikasari dulu supaya bisa berubah," kata Bob kepada Kompas pada tahun 2002.

Ia telah memberi peringatan dini kepada semua pihak soal investasi agrobisnis dengan sistem bagi hasil yang marak terjadi pascaterjadinya krisis ekonomi. Bob menyesal karena tidak bisa berteriak lebih keras lagi saat itu, sehingga kasus itu muncul dan menelan korban ribuan investor pejabat, hingga pensiunan.

Bob menyebutkan, usaha agrobisnis dengan sistem bagi hasil itu hanya merupakan "pembodohan otak, pembutaan mata, penulian telinga, dan pemberangusan mulut." Orang tidak pernah mengalami jatuh bangun dalam agrobisnis, tetapi malah diajak bermimpi untuk mendapat uang berlipat.

"Saya berbicara keras dalam arti waktu itu mengingatkan orang untuk berhati-hati. Tiga tahun lalu saya sudah memberi peringatan dini, bahkan saya bertemu dengan orang-orang yang mendirikan usaha bagi hasil itu," ujar Bob.

Kasus itu dinilai Bob, ibarat nasi sudah menjadi bubur. Ia mengakui, tidak mempunyai solusi terhadap kasus itu namun yang bisa dilakukan adalah mencegahnya. "Kalau ada orang menanyakan solusinya, saya akan mengatakan tidak tahu. Akan tetapi, yang bisa saya katakan adalah bagaimana mencegah agar kejadian itu tak terulang," katanya.

***

KOMPAS/SUBUR TJAHJONO Bob Sadino, Pemilik Supermarket Kem Chicks
PENGUSAHA yang sudah makan asam garam di sektor agrobisnis ini kembali menyebutkan, tidak ada dalam usaha agrobisnis yang bermodal duduk dan berpangku tangan. Untuk itu, tawaran berinvestasi dalam agrobisnis yang hanya menyebut "sukses" dan "untung" sudah selayaknya ditinggalkan.

"Semua orang yang tidak tahu agrobisnis selalu mengatakan agrobisnis adalah lahan yang menjanjikan. Sebaliknya orang yang sudah basah kuyup dengan agrobisnis sendiri tidak pernah banyak bicara dan tidak akan berkomentar agrobisnis sebagai sesuatu yang menjanjikan," kata Bob.

Kalau ada orang yang mengatakan agrobisnis menjanjikan adalah orang yang tidak tahu agrobisnis atau tidak pernah bersentuhan dengan agrobisnis itu sendiri. Biasanya orang yang ngomong seperti itu orang yang banyak berteori. Biasanya pakar semacam itu selalu mengatakan agrobisnis menjanjikan.

"Tetapi, kalau yang banyak praktik pasti tidak akan banyak berkomentar. Lebih banyak mengalami dari pada berbicara, orang yang berteori bicaranya lebih keras dari pada yang telah berbuat," kata Bob.

Hal itulah yang menyebabkan kegagalan usaha agrobisnis. Mereka tidak pernah terendam di lumpur agrobisnis namun lebih banyak di ruangan, di belakang meja, dan lebih banyak menggunakan kalkulator hingga agrobisnis memberi mimpi-mimpi indah.

"Inilah yang dilakukan sejumlah orang, bahkan termasuk orang- orang bank yang senang membuat proposal dan menawarkan investasi. Mereka inilah yang menawarkan mimpi sukses agrobisnis," kata Bob. Padahal, orang yang sukses dalam agrobisnis dipastikan akan mengalami kegagalan pada tahap-tahap awal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com