Kementerian Koperasi dan UKM mengeluarkan data tentang jumlah pengusaha Indonesia di tahun 2015 yang mengalami peningkatan cukup signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Saat ini, total pengusaha di Indonesia berada di kisaran angka 1,5 persen (3,75 juta). Saya optimis angka ini akan terus tumbuh hingga mencapai 5 persen dalam kisaran waktu 5-10 tahun. Syaratnya, Indonesia bisa menaikkan tingkatan ease of doing business (kemudahan melakukan bisnis) ke level 50 besar dunia.
International Finance Corporation (IFC), anggota dari Bank Dunia, melansir laporan bertajuk Doing Business 2015. Data tersebut merangkum tentang kemudahan berbisnis di suatu negara yang terdiri dari berbagai faktor. Indonesia menempati posisi ke-114, naik 3 peringkat dari posisi ke-117 di tahun 2014.
Tapi tentu, hasil ini tidaklah menggembirakan karena kita jauh tertinggal dibanding negara-negara ASEAN lainnya. Singapura di urutan pertama, Malaysia di urutan ke-6, Thailand di urutan ke-18, Brunei Darussalam di urutan ke-59, Vietnam di urutan ke-99 dan Filipina di urutan ke-108.
Faktor lingkungan juga berpengaruh dalam membentuk karakteristik anak untuk menjadi seorang pengusaha. Para orangtua selalu memberi nasihat yang sama bagi anak-anaknya, “Kamu harus rajin belajar ya, biar nanti kalau sudah besar bisa kerja di perusahaan yang bagus dan mendapat gaji yang besar.” Nasihat seperti ini akhirnya membentuk pola pikir sang anak untuk lebih memilih menjadi karyawan dibanding pengusaha.
Sistem pendidikan di Indonesia tidak mengajarkan kreativitas dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan dengan baik. Kampus-kampus lebih banyak menciptakan para pencari kerja dibanding pembuat lapangan kerja. Setiap tahunnya, jumlah orang yang berbaris untuk mendapat pekerjaan selalu bertambah dari tahun sebelumnya.
Saya pribadi berpendapat bahwa justru pendidikan adalah sektor terpenting dalam menciptakan para pengusaha baru. Memang betul bahwa ada cerita tentang para pengusaha sukses yang tidak lulus kuliah atau bahkan drop out dari kampus, seperti Bill Gates, Steve Jobs, Michael Dell, Mark Zuckerberg, dll.
Namun yang tidak diketahui oleh orang banyak, ternyata mereka sudah melatih dirinya di luar kampus untuk menjadi seorang pengusaha handal. Mereka sudah membangun jejaring dari usia yang sangat muda dengan orang-orang yang berpotensi akan bekerjasama di masa depan. Sehingga, mereka bukan belajar di sekolah formal, melainkan sekolah jalanan.
Tentu tidak semua orang bisa seperti itu, maka dari itu dibutuhkan sistem pendidikan tentang kewirausahaan di bangku sekolah agar setiap anak sudah disiapkan menjadi pengusaha sejak dini. Hal ini penting karena seorang pengusaha tidak dibuat dalam waktu sekejap, melainkan melalui proses yang panjang sejak kecil.
Apa yang terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan Anda akan membuat perbedaan yang sangat berarti dalam tahapan berikutnya.
Assad juga seorang penulis best seller. Sejak tahun 2011 telah mengeluarkan 6 buku: Notes From Qatar 1, Notes From Qatar 2, Notes From Qatar 3, Sedekah Super Stories, Good Morning Qatar dan 99 Hijab Stories.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.