Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kementan Gandeng Perguruan Tinggi untuk Capai Swasembada Pangan

Kompas.com - 09/02/2015, 13:14 WIB

”Pemerintah, telah merencanakan 1000 desa atau kelurahan yang mampu menyediakan benih untuk melayani kebutuhan petani setempat dan desa sekitarnya. Guna mendukung program swasembada pangan ini, pada tahun ini APBN telah mengalokasikan dana sebesar Rp 15,87 tiliun. Ditambah dana sebesar Rp 3,9 triliun berasal dari penghematan anggaran perjalanan dinas. Insya Allah pada tahun ini juga akan mendapat tambahan anggaran APBN-P sebesar Rp16.918 triliun yang difokuskan untuk mendukung program swasembada padi, jagung, dan kedelai,” ungkap Mentan.

Selain merencanakan 1.000 desa untuk penyediaan benih, Kementan juga menargetkan produksi gabah kering giling atau GKG tahun 2015 mencapai 73 ton. Jumlah itu meningkat 3 juta ton dibandingkan realisasi produksi di 2014 sebesar 70 juta ton. Dirinya optimistis produksi 73 juta ton GKG tahun ini bisa tercapai. Bahkan secara bertahap produksi padi terus meningkat dan tidak perlu impor. Dengan total luas areal tanam yang ada saat sekarang sebesar 7,1 juta hektar dikalikan masa panen 2 kali setahun produksi padi Indonesia ke depan cukup berlimpah.

 “Swasembada membutuhkan 73 juta ton GKG, itu sudah cukup, salah satu hal yang membuat saya optimistis adalah penemuan varietas bibit unggul padi oleh Institut Pertanian Bogor IPB telah mampu memproduksi benih varietas unggul yaitu IPB 3 S dan IPB 4 S dengan produksi masing-masing 11,5 ton/hektar/musim dan 10,6 ton/hektar/musim.  Lahan kita sekitar 7,1 juta hektar. produksinya tidak harus 10 ton/hektar, cukup 8 ton/hektar saja dikalikan 7 juta hektar itu 56 juta ton. Kalau dikalikan 2 jadi 110 juta ton. Itulah potensi lahan di Indonesia manakala menggunakan benih unggul. Walaupun lahan kita cukup tetapi alih fungsi lahan harus kita tekan.” kata Mentan.

Mentan juga mengungkapkan rasa optimismenya semakin bertambah ketika IPB menawarkan teknologi dan sistem modernisasi pola tanam padi bersamaan pengajuan kenaikan jumlah anggaran Kementan sebesar Rp 16,9 triliun kepada Presiden guna mendukung program swasembada pangan. Tak hanya sekedar swasembada beras, dirinya bercita-cita agar Indonesia bisa menjadi eksportir beras dalam 4 tahun ke depan.

Ekspor beras akan dilakukan setelah swasembada beras tercapai. Swasembada beras sendiri ditargetkan tercapai di 2018. Agar bisa swasembada, Indonesia harus bisa memproduksi paling tidak 73 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara dengan 43,8 juta ton beras. Ekspor beras akan dilakukan bila produksi GKG sudah mencapai 84 juta ton. Produksi sebesar itu ditargetkan tercapai 2019.

Setelah swasembada pada 3 tahun, atau 4 tahun bisa tercapai dengan produksi 84 juta ton GKG maka Indonesia bisa ekspor. Uni Eropa dan Amerika Serikat akan dijadikan sebagai tujuan ekspor bila produksi beras Indonesia sudah melebihi kebutuhan nasional, karena Pasar Eropa dan Amerika semakin terbuka untuk padi organik.

“Saya optimistis Indonesia bukan hanya bisa swasembada tapi juga menjadi eksportir beras karena adanya berbagai varietas unggul padi hasil penelitian para ahli di Indonesia. Institut Pertanian Bogor  misalnya, telah mengembangkan benih padi dengan produktivitas 12,5 ton/Ha. Ada hasil riset untuk menopang swasembada. Ada benih baru padi yang bisa produksi 12,5 ton/Ha. Saat ini, rata-rata produktivitas tanaman padi di Indonesia masih 5,1 ton/Ha. Bila varietas unggul hasil penelitian IPB dapat dikembangkan lebih lanjut dan digunakan secara masif, produksi padi bisa naik sampai 2 kali lipat tanpa perluasan areal lahan. Kalau ini berhasil, maka dapat dikatakan di lapangan ada benih 10 ton/Ha saja, maka peningkatannya 100 persen. Itu baru dari benih,” ungkap Mentan.

Mentan menerangkan swasembada pangan dibutuhkan 73 juta ton gabah kering giling dan untuk bisa mengekspor beras dibutuhkan 84 juta ton maka lahan pertanian di Indonesia juga harus mencukupi sehingga alih fungsi lahan harus ditekan.

“Alih fungsi lahan pertanian perlu juga diupayakan untuk ditekan agar produksi pangan tidak terganggu. Alih fungsi lahan harus kita tekan. Tak hanya mencegah alih fungsi lahan, areal lahan pertanian juga akan ditambah 1 juta Ha dalam 5 tahun ke depan, 500 ribu Ha untuk tebu, dan 500 ribu Ha untuk tanaman pangan lainnya termasuk padi” terang Mentan.
 
Terkait lahan untuk produksi pangan, Mentan menyebutkan pihak Kementan sedang menyiapkan kawasan terpadu produksi pangan atau food estate. Pembangunan food estate akan dilakukan pada 2016 di Kalimantan untuk mendukung program swasembada 2017. Untuk membangun food estate, Kementan bekerjasama dengan dua kementerian lain yaitu Kementerian Kehutanan-Lingkungan Hidup dan Kementerian Agraria-Tata Ruang.

Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup menyiapkan 350.000 hektar kawasan hutan di Kalimantan kepada Kementan untuk dikelola. Pembangunan food estate bukan program baru, karena pada pemerintahan sebelumnya, program serupa sempat digagas di Merauke, Papua dan Kalimantan di Ketapang Kalbar dan Bulungan Kaltim, namun gagal.

“Ke depan saya ingin kita membuat food estate di Kalimantan. Kita mulai dan kita bangun di Kalimantan tahun 2016 sesuai dengan rencana kita, Secara keseluruhan saya menginginkan luas areal food estate yang nanti dibangun minimal 500.000 hektar. Sekarang sudah ada 350.000 hektar, kita kerjakan 10.000-50.000 hektar dulu Di tempat itu akan dikelola penanaman berbagai macam produk pangan dan peternakan seperti jagung, kedelai, padi dan peternakan sapi. Kami butuh 500.000 hektar. Food estate ini lain jadi kami butuh tim yang lain, untuk itu saya meminta pengelolaan food estate nantinya tidak hanya dipegang oleh Kementan tetapi juga melibatkan IPB Mengenai anggaran yang dibutuhkan saya belum berani menyebutkan, karena menunggu alokasi APBN 2016. “imbuh Mentan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com