Setelah swasembada pada 3 tahun, atau 4 tahun bisa tercapai dengan produksi 84 juta ton GKG maka Indonesia bisa ekspor. Uni Eropa dan Amerika Serikat akan dijadikan sebagai tujuan ekspor bila produksi beras Indonesia sudah melebihi kebutuhan nasional, karena Pasar Eropa dan Amerika semakin terbuka untuk padi organik.
“Saya optimistis Indonesia bukan hanya bisa swasembada tapi juga menjadi eksportir beras karena adanya berbagai varietas unggul padi hasil penelitian para ahli di Indonesia. Institut Pertanian Bogor misalnya, telah mengembangkan benih padi dengan produktivitas 12,5 ton/Ha. Ada hasil riset untuk menopang swasembada. Ada benih baru padi yang bisa produksi 12,5 ton/Ha. Saat ini, rata-rata produktivitas tanaman padi di Indonesia masih 5,1 ton/Ha. Bila varietas unggul hasil penelitian IPB dapat dikembangkan lebih lanjut dan digunakan secara masif, produksi padi bisa naik sampai 2 kali lipat tanpa perluasan areal lahan. Kalau ini berhasil, maka dapat dikatakan di lapangan ada benih 10 ton/Ha saja, maka peningkatannya 100 persen. Itu baru dari benih,” ungkap Mentan.
Mentan menerangkan swasembada pangan dibutuhkan 73 juta ton gabah kering giling dan untuk bisa mengekspor beras dibutuhkan 84 juta ton maka lahan pertanian di Indonesia juga harus mencukupi sehingga alih fungsi lahan harus ditekan.
“Alih fungsi lahan pertanian perlu juga diupayakan untuk ditekan agar produksi pangan tidak terganggu. Alih fungsi lahan harus kita tekan. Tak hanya mencegah alih fungsi lahan, areal lahan pertanian juga akan ditambah 1 juta Ha dalam 5 tahun ke depan, 500 ribu Ha untuk tebu, dan 500 ribu Ha untuk tanaman pangan lainnya termasuk padi” terang Mentan.
Terkait lahan untuk produksi pangan, Mentan menyebutkan pihak Kementan sedang menyiapkan kawasan terpadu produksi pangan atau food estate. Pembangunan food estate akan dilakukan pada 2016 di Kalimantan untuk mendukung program swasembada 2017. Untuk membangun food estate, Kementan bekerjasama dengan dua kementerian lain yaitu Kementerian Kehutanan-Lingkungan Hidup dan Kementerian Agraria-Tata Ruang.
Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup menyiapkan 350.000 hektar kawasan hutan di Kalimantan kepada Kementan untuk dikelola. Pembangunan food estate bukan program baru, karena pada pemerintahan sebelumnya, program serupa sempat digagas di Merauke, Papua dan Kalimantan di Ketapang Kalbar dan Bulungan Kaltim, namun gagal.
“Ke depan saya ingin kita membuat food estate di Kalimantan. Kita mulai dan kita bangun di Kalimantan tahun 2016 sesuai dengan rencana kita, Secara keseluruhan saya menginginkan luas areal food estate yang nanti dibangun minimal 500.000 hektar. Sekarang sudah ada 350.000 hektar, kita kerjakan 10.000-50.000 hektar dulu Di tempat itu akan dikelola penanaman berbagai macam produk pangan dan peternakan seperti jagung, kedelai, padi dan peternakan sapi. Kami butuh 500.000 hektar. Food estate ini lain jadi kami butuh tim yang lain, untuk itu saya meminta pengelolaan food estate nantinya tidak hanya dipegang oleh Kementan tetapi juga melibatkan IPB Mengenai anggaran yang dibutuhkan saya belum berani menyebutkan, karena menunggu alokasi APBN 2016. “imbuh Mentan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.