Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Mainan Tradisional di Tengah Derasnya Gempuran "Gadget"

Kompas.com - 11/02/2015, 13:08 WIB
Kontributor KompasTV, Muhamad Syahri Romdhon

Penulis


CIREBON, KOMPAS.com – Masih ingat dengan mainan tradisional mobil-mobilan yang terbuat dari kayu? Ya, mainan itu pernah jadi primadona anak-anak di masa kecil. Anak-anak memainkan dengan menaikinya, atau sekedar didorong-dorong bersama teman-teman seusianya.

Meskipun sudah sulit ditemukan, mainan itu masih bertengger di etalase, salah satu toko, di Jalur Utama Pantura, Jalan Raya Tegal Wangi, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Ibu Warni (55) yang menjual beberapa mainan tradisional berbahan kayu dan rotan, tetap berusaha bertahan di tengah derasnya mainan pabrikan berbahan plastik. Toko ini juga seakan melawan maraknya mainan dan gadget.

Sementara tu, Kartiya, pria tua usia 67, yang tinggal di Desa Kasugengan Lor, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon, tetap setia membuat mainan tradisional itu. Di rumahnya yang cukup sederhana, Kartiya, berusaha menciptakan jenis mainan itu setiap harinya.

Meski usia sudah sepuh, Kartiya tidak bermalas-malasan. Justru bapak empat anak ini masih semangat. Dia menggunakan bahan baku mainan ini, dengan kayu triplek bekas dan memanfaatan sisa barang lain yang tak terpakai. Barang yang tak bernilai itu lantas dia sulap menjadi mainan yang bernilai tinggi, dan tentunya bisa menyenangkan anak-anak.

Dalam prosesnya, Kartiya mengukur, dan memotong kayu triplek bekas sesuai bagian mobil. Kemudian, ia gabungkan satu persatu, hingga menjadi ban, kepala, badan, dan bagian mesin. Masing-masing bagian itu dicat, dan digabungkan hingga menjadi mobil yang cukup menarik.

Dalam satu minggu, Kartiya mampu menyelesaikan sekitar 10 buah mobil-mobilan berukuran besar, atau sekitar 15 buah mobil berukuran kecil. Hasil karyanya ini ia antarkan langsung ke beberapa toko di Jalur Utama Pantura, dan beberapa pemesan dari Kuningan, Majalengka, Indramayu, Bandung, dan juga Tegal Jawa Tengah.

Satu unit mobil mainan ukuran besar, ia jual ke toko sekitar Rp 50.000 rupiah, dan Rp 35.000 untuk ukuran sedang. Sementara itu untuk ukuran kecil dia jual Rp 25.000.

Selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, Kartiya meniatkan kerajinan ini sebagai upya melestarikan budaya. “Masih, masih semangat, dan kuat. Karena saya masih sehat, dan pastinya saya masih memerlukan biaya untuk menafkahi keluarga,” katanya saat ditemui di rumahnya, Minggu (8/2/2015).

Kartiya yang miliki semangat tinggi, ulet, dan tekun ini, sudah menghasilkan karya mainan tradisional ini sejak muda, sekitar 35 tahun yang lalu. Ia meyakini, meskipun mainan tradisional telah tergusur jaman, namun mainan tersebut akan tetap eksis selama masih ada anak-anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com