Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peluang Bisnis Alat Penjebak Nyamuk

Kompas.com - 15/02/2015, 18:19 WIB

KOMPAS.com -
Satu tantangan alam yang harus dihadapi oleh kita yang tinggal di sini adalah nyamuk. Kendati ukuran tubuhnya mini, nyamuk mendatangkan gangguan. Gigitan nyamuk tak cuma menimbulkan rasa gatal, dan bekas di kulit, tapi juga penyakit, seperti malaria dan demam berdarah (DB).

Orang pun berupaya menipiskan kemungkinan digigit nyamuk. Berbagai cara ditempuh, mulai yang sifatnya preventif, seperti menguras air, hingga aksi membasminya.

Bagi mereka yang kreatif dan jeli membaca peluang, ikhtiar manusia untuk mengenyahkan nyamuk dan mudaratnya merupakan peluang bisnis. Bukan apa-apa, di kawasan tropis seperti Indonesia, populasi nyamuk di atas kertas sulit punah. “Bayangkan saja, sekali bertelur nyamuk betina bisa menghasilkan 200 butir,” tutur Andy Suryansah, yang memproduksi pembunuh nyamuk elektrik bermerek Falle.

Sebelum serius merilis Falle ke pasar setahun lalu, Andy mencermati pasar produk pembasmi nyamuk sejak setahun silam. Kesimpulan Andy, kebutuhan produk antinyamuk di sini sungguh besar. Ia mencermati, populasi nyamuk ngebut bak mobil Formula Satu secara merata di Indonesia.

Permintaan terhadap produk pencegah gigitan nyamuk juga tinggi karena gaya hidup orang di sini. “Dari 100 orang Indonesia, hampir 51,31 persen sangat konsumtif,” ujar Andy mengutip hasil riset yang dibuatnya sebelum mengeluarkan Falle.

Tak heran, ada banyak versi produk pencegah nyamuk di sini. Produk yang paling populer memang masih obat nyamuk. Ini merujuk ke produk yang menggunakan unsur kimia sebagai bahan bakunya. Bentuknya bisa obat nyamuk bakar dan obat nyamuk semprot.

Obat nyamuk bisa dibilang lahan para pemain besar. Kendati harganya murah, nilai pasar obat nyamuk di tingkat nasional belasan triliun rupiah.

Namun tidak semua orang merasa kebutuhannya untuk terbebas dari gigitan nyamuk terpenuhi oleh obat nyamuk konvensional. Efek samping bahan kimia dari obat nyamuk yang menjadi alasan banyak orang untuk mencari alat pencegah gigitan nyamuk lainnya.

Kebutuhan ini memunculkan aneka produk alternatif, seperti pencegah nyamuk elektrik yang dibuat produsen obat nyamuk konvensional. Ada juga raket nyamuk, yang cara kerjanya tak ubahnya menepuk nyamuk.

Ada pula produk yang bertujuan menolak nyamuk. Bentuknya semacam cairan yang dioleskan ke kulit pemakai. Produk semacam ini biasa disebut repellent, yang cara kerjanya adalah menjauhkan nyamuk, biasanya dengan menghadirkan bau yang tidak disukai binatang itu.

Jenis produk terakhir adalah atraktan. Cara kerjanya adalah menarik perhatian nyamuk agar mau mendekat ke alat pembunuh yang ada di produk itu. Keunggulan atraktan, ujar Andy, adalah kemampuan membunuh nyamuk tanpa menggunakan bahan kimia.

Andy tertarik merancang Falle, atraktan, karena pengalaman pribadi. Ia pernah terkena DB saat masih duduk di bangku SD. Saat tinggal di Surabaya, ia pun pernah menyaksikan keganasan nyamuk menyebarkan DB di taman kanak-kanak, dekat kosnya.

Menggunakan listrik

Saat menuntut ilmu di Politeknik Elektronika Surabaya (PENS-ITS), di tahun 2011, Andy pun tertarik meriset atraktan untuk nyamuk. Falle mengandalkan sinar ultraviolet dan gelombang elektromagnetik yang menyerupai suara nyamuk jantan, untuk mengundang nyamuk betina datang. “Karena yang menggigit itu nyamuk betina. Selain itu, membunuh nyamuk betina berarti mengurangi jentik,” ujar Andy.

Nyamuk yang tertipu akan mendekat, hingga menyentuh kasa aluminium yang akan menyetrumnya hingga mati. “Kasa ini aman bagi manusia,” tutur pria berusia 24 tahun ini.

Saat ini Falle punya tiga varian: hitam, jati atau natural, dan batik. Banderol harga masing-masing Rp 300.000, Rp 400.000, dan Rp 500.000. Ketiga jenis Falle itu memiliki luas jangkauan menarik nyamuk yang sama, yaitu 4 meter x 4 meter.

Dari dua basis produksinya di Klaten dan Malang, saban bulannya Andy bisa menghasilkan sekitar 300 unit–350 unit alat pembunuh nyamuk yang menggunakan listrik itu.

Untuk memasarkan hasil produksinya, Andy menggunakan jasa para agen. Falle saat ini memiliki delapan agen, yang tersebar di Palembang, Bandar Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta, dan Malang. “Dalam sebulan produk yang terjual antara 250 hingga 300 unit,” tutur Andy yang menolak menyebut nilai omzet, apalagi margin.

Gambaran tentang pasar alat pembunuh nyamuk juga datang dari Bayu Sentosa, tenaga IT dari Alfons Sukses Jaya. Perusahaan tempat Bayu bekerja memang tidak memproduksi, melainkan hanya menjual atraktan bermerek Masaki, yang diimpor dari Tiongkok.

Menurut Bayu, setiap tahun ada peningkatan penjualan sebesar 25 persen. Di Indonesia, Masaki, yang menggunakan listrik, dijajakan oleh sekitar 30 agen.

Cara kerja Masaki juga menggunakan ultraviolet. Hanya saja, alat pembunuh nyamuk yang digunakan Masaki adalah kipas. “Daya tahannya sekitar 2 tahun–3 tahun,” tutur Bayu. Tampil dalam dua jenis, Masaki dijajakan seharga Rp 195.000 hingga Rp 210.000 per unit. “Dalam sebulan bisa terjual hingga 1.000 unit,” tutur Bayu.

Tertarik untuk memproduksi atraktan sejenis? Andy menyebut, untuk memproduksi atraktan elektronik yang tidak menggunakan bahan kimia membutuhkan biaya sekitar Rp 50 juta hingga Rp 100 juta.

Perinciannya, sekitar 20 persen untuk menyiapkan bengkel dan peralatan produksi, seperti solder dan penyedot timah. Anggaran untuk penyediaan bahan baku sekitar 35% dari modal. Porsi yang sama dialokasikan untuk berbagai kegiatan marketing. “Sisanya untuk tenaga kerja,” tutur Andy.

Merujuk ke pengalaman Andy, bahan baku tidak sulit dicari. Sedangkan untuk pengelolaan sumber daya manusia, Andy menyarankan, penyusunan standar operasi yang baku agar karyawan bisa belajar dengan cepat.

Agenda yang lebih perlu dicermati mereka yang hendak memproduksi alat serupa adalah desain. Usahakan agar produk bisa tampil unik dan bisa diproduksi dengan lebih murah. “Kendala usaha ini adalah persaingan. Banyak yang meminati barang yang harganya murah,” tutur Bayu.

Kegiatan pemasaran bisa dibilang kunci sukses usaha ini. K. Ikhsan, konsultan waralaba dan wirausaha, menyarankan, pebisnis atraktan menempuh metode pemasaran langsung, seperti menggelar presentasi langsung ke pembeli. “Karena ini produk inovasi yang perlu kerja ekstra waktu dan biaya. Harus ada edukasi masyarakat untuk bersaing dengan produk konvensional,” ujar dia.

Anda berani?          
(Pradita Devis Dukarno)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com