Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kekhawatiran BNI jika Terjadi Merger

Kompas.com - 18/02/2015, 20:08 WIB
Stefanno Reinard Sulaiman

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Dirut Bank Negara Indonesia (BNI), Gatot M Suwondo mengatakan proses merger antar dua bank, tidak semudah yang diperkirakan oleh orang-orang. Menurut dia, ada sejumlah fase yang harus dilalui kedua pihak jika ingin melakukan peleburan.

Salah satunya adalah ongkos sosial (social cost) yang harus dikeluarkan, seperti pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan.

"Potensi PHK pasti ada, misalnya kalau cabang ada 2 di satu tempat, itu kan harus ada satu saja. Bayangkan, ongkos SDM BNI dalam 1 bulan itu Rp 200 miliar.  Karyawan BNI ini pride-nya tinggi, bukan masalah duit bagi mereka kalau terjadi merger, dulu karena pride ada yang milih pindah. Ini kan menjadi tanggung jawab direksi," kata Gatot dalam acara Konsekuensi Logis Merger dan Perusahaan Terbuka, di Restoran Kembang Goela, Jakarta, Rabu (18/2/2015).

Selain itu, kata dia, jika terjadi merger maka kedua perusahaan ini akan mencari nama perusahaan baru. Persoalannya adalah, kata gatot, ada konsekuensi dicabutnya izin cabang-cabang yang sudah ada di luar negeri karena perubahan nama tersebut.

"Jika ada perubahan nama maka sesuai ketentuan di negara masing-masing bisa dicabut. London hanya BNI yang buka, kalau ganti nama bisa dicabut. Saya paling takut di Singapura, karena satu-satunya bank asing yang full branch hanya BNI di sana," kata Gatot.

Nada negatif juga datang dari Ketua Umum Asosiasi Analisis Efek Indonesia (AAEI), Haryajid Ramelan bahwa merger antara BNI-Mandiri lebih banyak risikonya dibandingkan keuntungan yang didapat. Menurut dia, kedua bank tersebut mempunyai kapabilitas untuk bersaing di pasar global tanpa perlu melakukan peleburan.

"Benefit-nya masih minim, dengan cost risk yang agak besar. Di saat ini yang bagus bukan konsolidasi antar bank tapi konsolidasi ke internal bank-bank tersebut. Karena jalan sendiri bisa sebenarnya, sama-sama bisa menjadi 2 lead bank di ASEAN," jelas Haryajid.

Haryajid menambahkan, merger hanya akan memperkecil peluang Indonesia untuk menguasai pasar lokal ketika diahadapkan dengan serbuan bank-bank asing. "Sebenarnya dengan terkompresnya perbankan kita, semakin dipojokkan, maka bank asing yang banyak menguasai nantinya. Kalau lebih banyak bank kita maka bisa berbagi peran," kata Haryajid.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Whats New
Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Work Smart
Heboh Loker KAI Dianggap Sulit, Berapa Sih Potensi Gajinya?

Heboh Loker KAI Dianggap Sulit, Berapa Sih Potensi Gajinya?

Whats New
Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Work Smart
Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Whats New
Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Whats New
Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Whats New
LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Whats New
Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Whats New
Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Earn Smart
Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com