Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalau Semua Diambil BUMN, Swasta Dapat Apa?

Kompas.com - 25/02/2015, 09:00 WIB

                                      Rhenald Kasali
                                  (@Rhenald_Kasali)

Seorang politisi senior, marah besar saat membaca usulan pemerintah untuk menambah modal ke BUMN. “Ini gila! Kalau BUMN diperbesar, swasta dapat apa?,” tanyanya geram.

Temannya, seorang kontraktor, menganggukan kepala. "Ya, swasta-lah yang harus diperbesar." Satunya lagi bilang begini, “kalau mau ditambah modal, mengapa tidak BUMN yang sakit saja? Masih banyak BUMN yang belum sehat.”

Tentang hal ini mereka pun berdebat. Namun mereka sepakat menahan laju sejumlah BUMN agar tidak mendapat tambahan modal baru. Di antaranya, Bank Mandiri yang diusulkan menerima PMN sebesar Rp 5,6 triliun.

Esoknya, para bankir dari negeri tetangga ramai menelpon saya. Mereka senang karena kini cuma mereka yang bisa kasih kredit untuk membiayai proyek infrastruktur skala besar di Indonesia. Perusahaan-perusahaan lainnya dalam MEA juga ikut antre. "Kalau pembiayaannya dari bank kami, Insya Allah Proton bisa lebih mudah masuk," kata salah satu dari mereka.

Dari berbagai berita, saya membaca prespektif yang amat beragam. Ada koalisi (yang semakin samar) dan ada yang jelas-jelas oposisi. Bahkan ada yang menyatakan tambahan modal negara sebesar Rp 39,2 triliun itu merupakan bentuk kolusi baru. Ada juga yang mengatakan ini modus baru untuk “menilep” uang rakyat.

Benarkah PMN baik untuk bangsa? Atau malah sebaliknya? Di mana letak perubahannya?

Bukankah bangsa ini harus terus melaju ke depan dengan paradigma baru? Kata Stephen Covey, untuk mendapatkan buah yang lebih baik kita harus mengubah akarnya.  Itu sebabnya James Gleick, yang menulis buku yang berjudul Chaos: The Making of a New Science mencatat pentingnya manusia melihat dengan cara-cara baru. Sebab “Ideas that require people to reorganize their picture of the world provoke hostility.”

Paradigma Post Cold War: Hapuskan BUMN

Tak lama setelah perang dingin berakhir di tahun 1979, banyak ekonom yang percaya perlunya menghapus BUMN dari peta ekonomi dunia. Bagi mereka, BUMN hanyalah model sosialisme dengan pemusatan kekuatan ekonomi pada negara. Lagi pula, data-data saat itu menunjukan, rata-rata BUMN menjadi beban negara. Tidak efisien, menjalankan kegiatan yang bersifat monopolistik, mengacaukan anggaran pemerintah, rugi, manajemennya buruk, pelayanan publik tidak baik, karyawannya tua-tua, tidak kreatif dan tidak responsif.

Maka dimulailah upaya besar-besaran di Eropa untuk menjual dan privatisasi  BUMN.  Mendiang Margaret Thatcher adalah salah satu tokohnya. Dan sejak itu, paham untuk pembubaran BUMN meluas, dijadikan pedoman oleh IMF dan Bank Dunia. Sasaran mereka adalah sektor telekounikasi, listrik, dan industri-industri besar.

Itu sebabnya, ketika Indonesia dilanda krisis pada tahun 1998, IMF memaksa kita untuk menghentikan bantuan keuangan pada PT. Dirgantara Indonesia, dan memaksa kita menjual BUMN-BUMN yang dianggap tidak efisien. Salah satu dokumen rahasia ketika itu menyebutkan Pertamina pun diusulkan agar dipecah menjadi dua (sehingga mudah diambil alih oleh pasar).

Bank-bank pemerintah pun dipaksa untuk merger, dan bank-bank milik pengusaha lokal dialihkan ke tangan asing. Indonesia dipaksa bersaing di saat ia sedang sakit keras dan dirawat di ICU.

Demikianlah, didukung oleh riset-riset dalam bidang ekonomi yang dimuat oleh aneka jurnal internasional bereputasi, anak-anak muda Indonesia yang sedang mengambil thesis PhD ditanamkan pandangan bahwa BUMN inefficient.

Tetapi sekitar tahun 2005 pandangan-pandangan tentang hal itu pun berubah. Para ilmuwan menemukan fakta-fakta baru, bahwa di Timur ia justru menunjukan kedigdayaan. BUMN Asia ternyata mampu menjadi alat perubahan ekonomi yang penting.

BUMN juga bisa dikelola secara profesional, terbuka, go public, bermitra dengan perusahaan global, mempekerjakan global executives, melakukan inovasi, bersaing di dunia internasional, dan menyumbang pajak dalam jumlah yang tak terkejar oleh siapapun di negerinya masing-masing.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com