KOMPAS.com - Tanpa tedeng aling-aling, Nurul mengaku ingin menjadi pengusaha batik. "Jadi pengusaha batik itu memang cita-cita saya," kata dara yang mengenakan hijab ini pada siang yang lumayan terik, Kamis (5/3/2015).
Nurul ikut ambil bagian di salah satu ruang praktik membuat pola pakaian di lantai dua gedung Program Keahlian Tata Busana Butik, Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Gedangsari, Dusun Candi, Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Ia menjelaskan ihwal membuat pola pada kain batik yang nantinya bakal dijahit menjadi busana perempuan.
Tercatat sebagai siswa kelas X di sekolah tersebut, Nurul yang terkesan cepat akrab dengan orang yang baru dikenalnya, lancar bertutur tentang pelajaran teori dan praktik yang diterimanya di sekolah itu. Baginya, mengenyam pendidikan di sekolah kejuruan bakal lebih memuluskan jalan mewujudkan cita-citanya. Apalagi, sejak Yayasan Pendidikan Astra Michael D Ruslim (YPA-MDR) ikut ambil bagian membangun gedung sekolah komplet dengan berbagai fasilitas di dalamnya mulai dari mesin jahit, perangkat komputer, hingga gerai butik batik. "Makanya saya harus belajar rajin untuk mewujudkan cita-cita saya," katanya dengan senyum mengembang.
Kamis siang itu memang menjadi hari istimewa bagi seluruh guru dan siswa SMKN 2 Gedangsari. Pasalnya, pada hari itu, PT Astra International Tbk yang menaungi YPA-MDR menyerahterimakan gedung sekolah sejak pembangunan pada setahun silam. Gedung tersebut dibangun di atas tanah seluas 3.078 meter persegi dengan luas bangunan dua lantai 2.697 meter persegi. Tercatat, bangunan itu terdiri dari ruang kantor, ruang kelas, perpustakaan, ruang laboratorium komputer dan bahasa, ruang unit produksi dan teaching factory, ruang peragaan dan pameran, ruang unit pengembangan usaha, ruang ibadah, dan beranda batik. Pembangunan gedung beserta sarananya menelan biaya Rp 14,9 miliar.
Dalam kesempatan tersebut hadir Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (RI) Anies Baswedan, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, Bupati Gunung Kidul Badingah, Direktur PT Astra International Tbk Djoko Pranoto, Ketua YPA-MDR Arietta Adrianti, istri pendiri YPA-MDR Trisni Puspitaningtyas, dan Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Ahmad Jazidi.
Catatan menunjukkan YPA-MDR memasukkan Gunung Kidul sebagai perluasan binaan sejak 2007. Saat itu YPA-MDR memberikan bantuan bidang pendidikan untuk enam sekolah dasar
negeri (SDN) di kecamatan tersebut yakni Candi, Tengklik, Prengguk 1, Prengguk 2, Gupit, dan Tegalrejo. Kini, YPA-MDR yang berdiri sejak 2005 sebagai satu dari sembilan yayasan Astra sebagai pelaksana kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) PT Astra International Tbk. YPA-MDR fokus pada bantuan pendidikan untuk daerah prasejahtera.
Selanjutnya, nama Michael D Ruslim atau lengkapnya Michael Dharmawan Ruslim adalah nama yang disematkan sebagai bentuk penghormatan bagi mendiang Presiden Direktur PT Astra International Tbk masa bakti periode 2005-2010. Michael wafat pada 20 Januari 2010 karena sakit.
Batik
Sebagaimana kekhasan DIY sebagai provinsi yang mengandalkan potensi batik, Gedangsari pun memiliki sejarah panjang soal batik. Makanya, Sri Sultan Hamengku Buwono X menetapkan kecamatan yang berbatasan dengan Kecamatan Bayat di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah itu sebagai sentra batik. "Batik sudah menjadi tradisi lama sekali di Gedangsari," kata Bupati Gunung Kidul Badingah menerangkan kepada Kompas.com.
Batik, bagi Nurul memang bukan hal yang asing. Ia mengaku warga di desanya juga banyak yang menjadi perajin batik.
Tak hanya itu, imbuh Nurul, saat ini, khususnya sekolah-sekolah di Gedangsari mengembangkan motif batik tulis khas kecamatan itu. Menurut Nurul, motif batik khas itu adalah motif bergambar pisang mulai dari daun, pohon, hingga buahnya. "Gedang kan dalam Bahasa Indonesia berarti pisang," kata Nurul.
Sepengalaman Nurul, sudah ada sistem yang berjalan pada program pendidikan di sekolahnya. Sistem itu merupakan hasil kerja sama Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) DIY dengan YPA-MDR mulai dari hulu hingga hilir. "Kami mendapat bahan membuat batik dari P4TK," tutur Nurul.
Dari P4TK, bahan-bahan batik kemudian diolah menjadi produk-produk batik mulai dari siswa SD sampai dengan SMKN Gedangsari. Fitri, siswi kelas V SDN Tengklik dan Aditya Pratama, pelajar kelas VIII B SMPN Gedangsari, misalnya, sudah mampu membuat batik tulis bermotif khas dengan warna ungu, coklat muda, dan coklat tua.
Pada tahap berikutnya, sebagaimana penjelasan Arietta Adrianti dan Djoko Pranoto, pihak Astra International Tbk yang juga menyiapkan pasar untuk produk-produk batik tersebut. Batik tulis karya para pelajar di Gedangsari tersebut pernah meramaikan perhelatan Jakarta Fashion Week dan Yogyakarta Fashion Week pada setahun silam.
Sementara itu, Menteri Anies Baswedan, dalam sambutannya berharap agar kerja sama tersebut tak hanya memberi kail bagi para siswa sekolah di Gedangsari. Kerja sama itu juga menciptakan peluang bagi peningkatan kesejahteraan bagi semakin banyak warga masyarakat di Gedangsari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.