Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom Nilai Target Pertumbuhan 8 Persen Mimpi yang Buruk

Kompas.com - 11/03/2015, 10:39 WIB
Stefanno Reinard Sulaiman

Penulis


JAKARTA,KOMPAS.com - Target pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen di tahun 2019, dinilai sejumlah ekonom sebagai target yang sulit untuk dicapai. Salah satunya adalah ekonom asal Institut Pertanian Bogor, Iman Sugema yang mengatakan bahwa target tersebut hanyalah mimpi.

"Target tersebut mimpi yang buruk, tidak bisa kalau sekarang, apalagi dengan kebijakan dan cara kerja seperti ini. Enggak usah mimpi 8 persen, 6 persen saja susah. Alasannya, tiga macan Asia yakni China, India dan Indonesia, memang sedang melambat semua," jelas Iman dalam diskusi bertajuk "Target Pertumbuhan Ekonomi 8 persen Tahun 2019 : Mimpi atau Kenyataan?", di Jakarta, Selasa (10/3/2015).

Iman menambahkan, komentar tersebut berkaca dari sejumlah hal. Salah satunya adalah investasi pemerintah yang hingga saat ini baru 2,5 persen dari Produk Domestik Bruto, dimana seharusnya 5,7 persen.

"Belanja modal pemerintah bersifat komplementer bagi investasi swasta. Investasi swasta seharusnya mencapai 27persen dari PDB, tapi saat ini baru mencapai 22 persen dari PDB. Tantangannya adalah pembiayaan dari perbankan domestik masih terlalu mahal," tambah Iman.

Dalam acara yang sama,  ekonom dari Unika Atma Jaya, A. Prasetyantoko mengatakan bahwa sejumlah studi menunjukkan target tersebut bisa tercapai, meski harus memenuhi sejumlah persyaratan yang berat.

"Studi bilang beda-beda, dari 7 persen sampai 10 persen. Apapun itu, prasyaratnya kompleks. Studi dari Harvard mengatakan bisa 10 persen asal ada tough reform. Tapi kalau biasa-biasa saja tumbuh hanya 5 persen. Kemudian harus ada tambahan 4 juta tenaga kerja ahli sehingga target tumbuh 10 persen bisa tercapai," kata Prasetyantoko.

Menurut dia, Indonesia harus memenuhi beberapa syarat untuk mencapai target 8 persen tersebut. Mulai dari melakukan reformasi struktural, perpindahan dari produksi komoditas ke manufaktur, dan meningkatkan saving, sehingga kemampuan membiayai ekspansi ekonomi akan lebih tinggi.

Hal ini senada dengan ekonom dari Universitas Gadjah Mada (UGM), A. Tony Prasetiantono, bahwa target tersebut bisa tercapai asal program pengembangan infrastruktur pemerintah bisa berjalan lancar. Pasalnya, kata dia, infrastruktur yang baik akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Tidak mudah ya, tapi 7 persen saya kira mungkin. Intinya di pembangunan infrastruktur yang bisa membuat kegiatan ekonomi lebih mudah. Mulai dari transportasi, barang lebih baik, dan efisiensi. Jadi pembangunan infrastruktur harus dikebut," ucap Tony.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com