Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isu Perbudakan di Perikanan, Susi Tegaskan Akan Tindak Keras Pelakunya

Kompas.com - 30/03/2015, 13:08 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Susi Pudjiastuti menegaskan bahwa Indonesia tak akan tinggal diam dengan adanya praktik-praktik perbudakan yang terjadi di sektor kelautan dan perikanan nasional. Susi pun menyatakan bahwa negara akan bertindak tegas terhadap pelaku perbudakan tersebut.

"Indonesia tidak memperbolehkan dan akan menindak sekeras-kerasnya praktik-praktik perbudakan yang terjadi di sektor perikanan di Indonesia," ujar Susi di Jakarta, Senin (30/3/2015).

Susi menuturkan, praktik perbudakan yang dilakukan oleh PT Benjina Pusaka Resources (PT BPR) membuat nama Indonesia menjadi buruk di mata dunia. Padahal kata dia, perusahaan perikanan tersebut merupakan perusahaan yang berafiliasi kepada perusahaan- perusahaan perikanan di Thailand.

Sebagian besar hasil tangkapan ikan pun diekspor ke negeri gajah putih tersebut. Selain membuat nama Indonesia buruk dimata dunia, PT PBR juga secara tidak langsung bisa mematikan industri perikanan Indonesi. Pasalnya kata Susi, saat ini dunia internasional mulai memunculkan seruan-seruan sinis terhadap produk perikanan Indonesia. Akibatnya, produk ikan asal Indonesia bisa diboikot.

Tak cuma Indonesia, menurut Susi, aksi perbudakan tersebut juga sudah di tentang keras oleh Thailand, Filipina, dan Vietnam. Negara-negara tersebut kata dia mengatakan akan menindak keras para pelaku usaha yang terlibat langsung dalam praktik perbudakan di sektor perikanan tersebut Informasi perbudakan yang dilakukan PT Pusaka Benjina Resources diketahui Susi setelah membaca laporan investigasi madia asing yaitu Associated Press (AP).

Dalam laporan yang dimuat oleh AP.org dengan judul "AP Investigation: Are slaves catching the fish you buy?" itu menuliskan adanya pemaksaan kerja selama 22 jam per hari tanpa hari libur kepada ABK di Kapal milik PT Pusaka Benjina Resources.

Bahkan, AP juga mengungkapkan para pekerja paksa yang banyak berasal dari Myanmar tersebut sampai harus mengonsumsi air kotor untuk minum. Hasil tangkapan ikan perusahaan tersebut sampai diekspor ke Amerika Serikat dan disalurkan ke toko retail besar di Amerika Serikat yaitu Wal Mart.

baca juga: Isu Perbudakan Santer, Susi Khawatir Produk Perikanan RI Diboikot Dunia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com