Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/04/2015, 20:03 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -- Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo mengatakan, pemerintah akan bertindak cepat terkait kasus perbudakan yang terjadi di Pulau Benjina, Maluku.

Pasalnya, apabila tak bergerak cepat, Indonesia bisa terkena dampak buruk. "Harus cepat kita laksanakan, mudah-mudahan, kalau tidak ambil action tentunya berpengaruh ya, nanti harus dilihat, siapa yang mengoperasikan kapal tersebut, siapa awak kapalnya dan dari negara mana," ujar Indroyono di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Rabu (1/4/2015).

Lebih lanjut, Indroyono menjelaskan, saat ini tim pemerintah sedang bergerak ke Pulau Benjina. Menurut dia, Indonesia sebenarnya sudah berkomitmen tak akan membiarkan praktik perbudakan terjadi di wilayahnya. Hal itu, kata Indroyono, terbukti dengan melakukan ratifikasi regulasi International Labour Organization (ILO). "Nah gini, soal isu perbudakan, Indonesia dan juga Thailand sudah meratifikasi regulasinya ILO, itu kalau gak salah ya ILO nomor 99 sama ILO nomor 105, nah nanti kita sekarang sedang dikaji, kalau menghadapi perbudakan seperti ini, bersama-sama kita gunakan 2 ILO itu untuk mengambil langkah-langkah ke depannya," kata dia.

"Siapa yang harus mengambil keputusan dan tindakan apa yang harus diambil jadi kita bergerak sesuai dengan UU yang ada, UU Ketenagakerjaan dan mengaitkan kepada apa yang terkait dengan ILO karena ILO yang dijadikan rujukan kita berdua, Indonesia dan Thailand," ucap Indroyono.

Informasi perbudakan yang dilakukan PT Pusaka Benjina Resources diketahui Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti setelah membaca laporan investigasi media asing, yaitu Associated Press (AP). Laporan yang dimuat oleh AP.org dengan judul "AP Investigation: Are slaves catching the fish you buy?"  itu menuliskan adanya pemaksaan kerja selama 22 jam per hari tanpa hari libur kepada ABK di kapal milik PT Pusaka Benjina Resources.

Bahkan, AP juga mengungkapkan, para pekerja paksa tersebut sampai harus mengonsumsi air kotor untuk minum. Hasil tangkapan ikan perusahaan tersebut sampai diekspor ke Amerika Serikat dan disalurkan ke toko ritel besar di Amerika Serikat, yaitu Wal Mart.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com