Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Primus Yustisio Mencecar Pertamina dan PGN...

Kompas.com - 08/04/2015, 11:46 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
– Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Primus Yustisio mencecar direksi PT Pertamina dan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) saat  Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Kementerian BUMN, Selasa (7/4/2015) kemarin. Primus cukup lama memberikan pertanyaan kepada dua BUMN minyak dan gas itu.

Ia mempertanyakan kerugian yang diklaim Pertamina hingga Februari 2015 yang mencapai 212 juta dollar AS. Menurut dia, kerugian Pertamina bukanlah 212 juta dollar AS, melainkan 712 juta dollar AS. “Kenapa? Karena tidak mencapai target (500 juta dollar AS),” kata dia.

Melihat kinerja Pertamina itu, Primus pun meminta Kementerian BUMN untuk ke depan tidak memberikan lagi penyertaan modal negara. “Saya berharap ke depan mereka tidak dapat. Memperkaya mereka saja, kita ini,” ucap dia.

Di sisi lain, Primus heran dengan laporan Pertamina kepada Kementerian ESDM yang menyebutkan bahwa harga pokok produksi kilang Pertamina sama atau lebih murah dari kilang Singapura. “Bagaimana bisa? Tolong penjelasannya. Saya juga punya datanya. Mari kita berdebat. Saya bukan orang pintar seperti Anda, tapi saya berdoa supaya saya tidak merampok negara,” ucap Primus yang membuat ruang Komisi VI makin panas, sekaligus ramai tawa.

Lantas, pemeran utama “Panji Manusia Millenium” itu pun bergeser mencecar PGN. Bahkan dia menyebut PGN dengan Persatuan Golf Nasional. Primus juga menyindir, hanya Komisi VII yang diajak golf.

Membaca laporan Energy Watch Indonesia pada 31 Maret 2015, Primus mengaku tak heran mengenai adanya mafia di tubuh PGN. Dalam laporan juga disebutkan bahwa nilai saham yang dibayarkan PGN lebih tinggi 50 juta dollar AS dari nilai saham yang dibeli perusahaan asing di Amerika Serikat. “Udah gitu, investasi yang ditanamkan di Lampung menghabiskan uang negara buat FSRU itu 250 juta dollar AS, beroperasi cuma 3 bulan, setelah itu tidak berlanjut. Kenapa itu? Kenapa bisa seperti ini, saya minta penjelasannya,” tegas Primus.

Meski demikian, Primus juga meminta maaf kepada direksi Pertamina dan PGN. Namun, dia bilang, semua perkataan itu terpaksa diucapkan anggota dewan lantaran selama ini DPR juga dicap kotor. “Karena kami juga dicap seperti itu jadi juga tanggung,” ucap dia.

“Tapi ya hidup buat saya ibadah. Tidak. Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk ibadah,” ucap Primus menyitir ayat dari al Quran.

“Tetapi sesungguhnya kata Rasul, setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. Anda itu direksi, Anda pemangku jabatan. Sedikit Anda mengelabui rakyat, percayalah azab belum tentu diterima di bumi, tapi di akhirat sudah pasti,” tambah dia.

Belum selesai menutup tanggapan, pimpinan sidang Ahmad Hafisz Tohir menimpali. “Jadi kita jadi tahu satu hal dari Primus, tadinya artis sekarang jadi ustaz,” kata Ahmad.

Mendengar hal tersebut, Primus pun kembali buka suara. “Pimpinan, yang namanya artis itu tidak ada kata pensiun. Jadi tidak ada kata mantan artis, sama seperti politisi,” ucap dia.

“Mantap. Sama dengan mantan ustaz juga tidak ada itu,” kata Ahmad.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Whats New
Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com