Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Entrepreneur Merah Putih dan MEA

Kompas.com - 08/04/2015, 12:13 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


KOMPAS.com - Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah di pelupuk mata. Ada yang menganggapnya berkah, tetapi tak sedikit yang menganggapnya bencana. Berkah karena peluang pengembangan bisnis ke berbagai negara ASEAN terbuka. Bencana karena masyarakat Indonesia dinilai tak siap hadapi persaingan regional dan global tersebut.

Di tengah situasi gamang itu, masyarakat terutama para entrepreneur dinilai mesti cerdas melihat berbagai peluang bisnis yang ada saat MEA berlaku. Hal yang paling penting adalah mengetahui seluk beluk potensi market ASEAN.

Berdasarkan data saat ini, Indonesia merupakan market utama di ASEAN. Setidaknya, 40 persen market tersebut ada di Indonesia. Artinya, peluang pengembangan bisnis negara-negara ASEAN akan tertuju ke Indonesia.

Jangan Terkecoh

Menurut pengamat marketing Yuswohady, para entrepreneur Indonesia tak boleh terkecoh untuk keluar mengembangkan sayapnya ke negara-negera ASEAN sementara pasarutama MEA ada di Indonesia.

"Market itu ada disini, jangan kita ke sana. Nanti kita lowong. Mereka nyuri di sini karena medan pertempuran ada di domestik," kata Yuswohady dalam acara Pesta Wirausaha di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Sabtu (4/4/2015).

Menurut dia, konsentrasi memperkuat pasar domestik adalah kewajiban. Bagaimana tidak, Indonesia bisa jadi menjadi "pasar empuk" apabila seluruh stakeholder ekonomi tak membentengi market domestik dengan perisai yang kuat.

Satu hal yang penting kata Yuswohady, sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) harus mendapatkan perhatian besar. Saat ini, UMKM di Indonesia berjumlah 55 juta. Sementara itu, usaha besar layaknya perusahan-perusahan mapan berorientasi global jumlahnya tak lebih dari 5.000.

Data lain menunjukan, dengan jumlah 55 juta, sektor UKM mampu  menyerap 101,72 juta tenaga kerja atau 97,3 persen dari total tenaga kerja Indonesia. UKM juga menyumbang 57,12 persen dari produk domestik bruto (PDB), kini menyampaikan Rp 8.200 triliun.

Dengan berbagai data itu, tak bisa dipungkiri bahwa sektor UMKM adalah sektor penggerak ekonomi Indonesai yang utama. Oleh karenanya, pengembangan UMKM sangatlah penting guna memenuhi kebutuhan pasar domestik yang menjadi sasaran para negara-negara ASEAN saat MEA berlaku.

Entrepreneur Merah-Putih

Yuswohady mengingatkan para entrepreneur untuk memiliki jiwa merah-putih. Artinya, pengembangan bisnis tak hanya semata urusan untung pribadi, tapi juga urusan nasionalisme. Baginya, pengembangan bisnis dengan brand lokal, sumberdaya lokal, sampai cita rasa lokal wajib dimiliki para entrepreneur Indonesia.

Bagaimanapun kata dia, entrepreneur Indonesia mesti cerdas melihat dimana keunggulan produk Indonesia ketimbang produk dari negara ASEAN lain. Sehingga nantinya Indonesia bisa jadi tuan rumah di pasar domestik.

Salah satu cara ampuh membawa jiwa merah-putih dalam persaingan MEA adalah dengan mengembangkan personal atau local branding bagi semua produk yang dihasilkan.

"Justru yang sangat mendesak adalah mempertahankan perisai, entrepreneur Indonesia dadanya harus merah-putih. Jangan cuma mikirin kepentingan pribadi tapi juga mikirin kepentingan Indonesia," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Whats New
Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Whats New
LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Whats New
Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Whats New
Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Earn Smart
Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Whats New
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Whats New
Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Whats New
Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Spend Smart
Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Whats New
Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Whats New
Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com