Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Strategi Memilih Saham yang Menguntungkan

Kompas.com - 10/04/2015, 09:00 WIB

Saham perusahaan yang menguntungkan biasanya memiliki dua karakteristik:  perusahaan tersebut membagi keuntungannya lebih dari sekali setahun, dan produk perusahaan tersebut memiliki pesaing di pasaran. Apakah masuk akal?

Dan bila kita semua sebagai pemegang sahamnya diuntungkan, apakah Anda mau menjual sahamnya? Jawabannya, bisa iya dan tidak. Namun, apakah Anda mau menjual murah saham dari sebuah perusahaan yang menguntungkan? Tentu saya kira jawabannya adalah tidak. Tapi bagaimana bila saya menawar saham yang Anda miliki, sampai 2 kali lipat dari harga Anda beli? Ya, bisa jadi Anda berminat, karena Anda langsung untung 100% ketika saya membelinya.

Bagaimana bila dalam suatu waktu yang sama, semua orang berpikir untuk membeli dan menjual saham dengan angka yang sama? Ya, itulah yang dikenal dengan kenaikan harga saham. Karena salah satu alasan inilah, harga saham bisa bergerak naik dan tentunya juga turun.

Ada sekelompok pelaku di pasar saham yang mengambil keuntungan bukan dari dividen yang dibagikan, namun dengan mengambil kesempatan dari pergerakan harga yang naik dan turun. Dalam keadaan sehari-hari, Anda akan menemukan istilah pedagang saham atau trader.

Pada umumnya, pergerakan harian dari saham-saham yang ada bukan dikarenakan laporan keuangan yang membaik maupun memburuk, karena kinerja laporan keuangan hanya ada secara kwartal dan tahunan. Pergerakan secara harian lebih karena berita makro ekonomi, seperti kenaikan harga barang-barang akibat inflasi, bunga bank, nilai ekspor dan impor yang naik turun, serta kurs harga tukar.

Pergerakan harga juga bisa diakibatkan oleh sentimen dari pasar terhadap sesuatu, misalnya akibat sebuah berita buruk terhadap perusahaan, bahwa direksi dari perusahaan terjerat masalah pajak maupun hukum. Hal ini tentunya akan menyebabkan perusahaan itu kehilangan kepercayaan, hingga sahamnya pun ikut terpukul.

Bila dalam keseharian itu kita ingin mengambil peluang, maka kita membutuhkan analisis harga dan jumlah transaksi perdagangan (volume), yang lebih dikenal dengan analisis teknikal.
Analisis teknikal ini ada beragam caranya, dan dapat digunakan untuk mendapati titik di mana Anda bisa membeli sebuah saham dengan harga tergolong murah, yang bisa dijual dalam beberapa waktu ke depan untuk mendapatkan keuntungan.

Saya sendiri menggunakan analisis pergerakan harga klasik seperti yang dilakukan pada zaman kaisar Jepang dalam menentukan harga beras. Hal itu saya tuliskan dalam buku pertama saya berjudul Investasi Saham ala Swing Trader Dunia.

Namun ada sebuah hal yang harus dipastikan dalam Anda berdagang (trading). Pastikan bahwa saat Anda membeli, selalu ada yang siap untuk menerima hasil jualan Anda. Karena tidak sedikit saham yang bisa Anda beli, tapi ketika Anda jual lagi, Anda akan kesulitan akibat pembelinya sedikit atau bahkan TIDAK ADA PEMBELI SAMA SEKALI.

Hal itu dalam bahasa ekonomi dikenal dengan likuiditas pasar. Saya pribadi bila ditanyakan perihal saham dengan kategori likuiditas, maka saya mengacu kepada sebuah indeks yang mendaftarkan 45 saham teraktif yang diperdagangkan di bursa selama 6 bulan terakhir: Indeks LQ45.

Bila Anda menjadi lebih fokus lagi, maka seperti saya, Anda akan menggunakan saham-saham yang sudah berada di indeks LQ45 selama setidaknya 10 tahun, untuk benar-benar mendapati saham yang likuid bukan hanya dalam rentang waktu pendek, namun dalam rentang waktu panjang.

Memang sangat sulit memilih saham yang menguntungkan dalam jangka waktu panjang. Tentunya, lebih mudah menganalisis dan memprediksikan perusahaan-perusahaan yang memiliki trend keuntungan dengan jangka waktu yang relatif pendek.

Salam investasi untuk Indonesia!

ryan filbert Ryan Filbert

Ryan Filbert
merupakan praktisi dan inspirator investasi Indonesia. Ryan memulai petualangan dalam investasi dan keuangan semenjak usia 18 tahun. Aneka instrumen dan produk investasi dijalani dan dipraktikkan, mulai dari deposito, obligasi, reksadana, saham, options, ETF, CFD, forex, bisnis, hingga properti. Semenjak 2012, Ryan mulai menuliskan perjalanan dan pengetahuan praktisnya. Buku-buku yang telah ditulis antara lain: Investasi Saham ala Swing Trader Dunia, Menjadi Kaya dan Terencana dengan Reksa Dana, Negative Investment: Kiat Menghindari Kejahatan dalam Dunia Investasi, dan Hidden Profit from The Stock Market. Ryan juga baru saja menerbitkan dua seri buku baru yang berjudul Bandarmology dan investasi pada properti Rich Investor from Growing Investment. Setiap bulannya, Ryan Filbert sering mengadakan seminar dan kelas edukasi di berbagai kota di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com