Saham perusahaan yang menguntungkan biasanya memiliki dua karakteristik: perusahaan tersebut membagi keuntungannya lebih dari sekali setahun, dan produk perusahaan tersebut memiliki pesaing di pasaran. Apakah masuk akal?
Dan bila kita semua sebagai pemegang sahamnya diuntungkan, apakah Anda mau menjual sahamnya? Jawabannya, bisa iya dan tidak. Namun, apakah Anda mau menjual murah saham dari sebuah perusahaan yang menguntungkan? Tentu saya kira jawabannya adalah tidak. Tapi bagaimana bila saya menawar saham yang Anda miliki, sampai 2 kali lipat dari harga Anda beli? Ya, bisa jadi Anda berminat, karena Anda langsung untung 100% ketika saya membelinya.
Bagaimana bila dalam suatu waktu yang sama, semua orang berpikir untuk membeli dan menjual saham dengan angka yang sama? Ya, itulah yang dikenal dengan kenaikan harga saham. Karena salah satu alasan inilah, harga saham bisa bergerak naik dan tentunya juga turun.
Ada sekelompok pelaku di pasar saham yang mengambil keuntungan bukan dari dividen yang dibagikan, namun dengan mengambil kesempatan dari pergerakan harga yang naik dan turun. Dalam keadaan sehari-hari, Anda akan menemukan istilah pedagang saham atau trader.
Pada umumnya, pergerakan harian dari saham-saham yang ada bukan dikarenakan laporan keuangan yang membaik maupun memburuk, karena kinerja laporan keuangan hanya ada secara kwartal dan tahunan. Pergerakan secara harian lebih karena berita makro ekonomi, seperti kenaikan harga barang-barang akibat inflasi, bunga bank, nilai ekspor dan impor yang naik turun, serta kurs harga tukar.
Pergerakan harga juga bisa diakibatkan oleh sentimen dari pasar terhadap sesuatu, misalnya akibat sebuah berita buruk terhadap perusahaan, bahwa direksi dari perusahaan terjerat masalah pajak maupun hukum. Hal ini tentunya akan menyebabkan perusahaan itu kehilangan kepercayaan, hingga sahamnya pun ikut terpukul.
Bila dalam keseharian itu kita ingin mengambil peluang, maka kita membutuhkan analisis harga dan jumlah transaksi perdagangan (volume), yang lebih dikenal dengan analisis teknikal.
Analisis teknikal ini ada beragam caranya, dan dapat digunakan untuk mendapati titik di mana Anda bisa membeli sebuah saham dengan harga tergolong murah, yang bisa dijual dalam beberapa waktu ke depan untuk mendapatkan keuntungan.
Saya sendiri menggunakan analisis pergerakan harga klasik seperti yang dilakukan pada zaman kaisar Jepang dalam menentukan harga beras. Hal itu saya tuliskan dalam buku pertama saya berjudul Investasi Saham ala Swing Trader Dunia.
Namun ada sebuah hal yang harus dipastikan dalam Anda berdagang (trading). Pastikan bahwa saat Anda membeli, selalu ada yang siap untuk menerima hasil jualan Anda. Karena tidak sedikit saham yang bisa Anda beli, tapi ketika Anda jual lagi, Anda akan kesulitan akibat pembelinya sedikit atau bahkan TIDAK ADA PEMBELI SAMA SEKALI.
Hal itu dalam bahasa ekonomi dikenal dengan likuiditas pasar. Saya pribadi bila ditanyakan perihal saham dengan kategori likuiditas, maka saya mengacu kepada sebuah indeks yang mendaftarkan 45 saham teraktif yang diperdagangkan di bursa selama 6 bulan terakhir: Indeks LQ45.
Bila Anda menjadi lebih fokus lagi, maka seperti saya, Anda akan menggunakan saham-saham yang sudah berada di indeks LQ45 selama setidaknya 10 tahun, untuk benar-benar mendapati saham yang likuid bukan hanya dalam rentang waktu pendek, namun dalam rentang waktu panjang.
Memang sangat sulit memilih saham yang menguntungkan dalam jangka waktu panjang. Tentunya, lebih mudah menganalisis dan memprediksikan perusahaan-perusahaan yang memiliki trend keuntungan dengan jangka waktu yang relatif pendek.
Salam investasi untuk Indonesia!