Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perindah Wajah di Tepian Sungai

Kompas.com - 18/05/2015, 15:40 WIB

Oleh Irma Tambunan

Sejak diresmikan Wakil Presiden M Jusuf Kalla, Maret lalu, Jembatan Pedestrian dan Menara Gentala Arasy menjadi ikon baru Kota Jambi. Jembatan sepanjang 503 meter di atas Sungai Batanghari itu bak primadona. Keberadaannya menyedot ratusan pengunjung setiap hari sehingga selalu membuat kemacetan di akses jalan ke jembatan itu.

Di akhir pekan dan liburan, warga tampak selalu menjejali kawasan Dermaga Tanggo Rajo. Datang dari sejumlah wilayah di Kota Jambi dan daerah sekitarnya, mereka ingin "mencicipi" jembatan berbentuk huruf "S" yang didesain khusus bagi pejalan kaki itu. Biaya pembangunannya Rp 88,7 miliar melalui anggaran tahun 2012-2014, menghasilkan jembatan berkonstruksi mewah dilengkapi dua pilar, masing-masing membentangkan 40 kabel baja penguat konstruksi. Tentu hasil pengerjaannya mengundang penasaran banyak orang.

Namun, tingginya antusiasme warga menyeberangi jembatan kini menumbuhkan persoalan baru. Lokasi parkir belum tersedia. Akibatnya, akses jalan yang ada pun terpakai untuk parkiran kendaraan hingga lebih dari separuh badan jalan. Kemacetan sulit dihindari.

Pemandangan lebih tampak semrawut dengan banyaknya pedagang kaki lima memenuhi mulut jembatan, mengusik kenyamanan pengunjung.

Wajah kota

Dari atas jembatan, pandangan kita dapat luas menyisir wajah Kota Jambi. Di seberang sungai, terdapat kehidupan masyarakat yang identik dengan sebutan Seberang Kota Jambi (Sekoja). Kawasan ini adalah sejarah awal masuk dan menyebarnya Islam di Kota Jambi. Terdapat sejumlah pusat pembelajaran agama Islam di sana.

Selain itu, Sekoja tumbuh menjadi sentra kerajinan batik tulis. Keunikan lain adalah rumah penduduk Melayu Jambi berakulturasi dengan budaya Tionghoa dan Arab. Itu tampak pada keindahan arsitekturnya. Semuanya adalah potensi yang perlu dikelola lebih memadai, terlebih dengan telah dibangunnya akses penyeberangan ke kawasan tersebut.

Sungai Batanghari merupakan potensi alam terbesar Kota Jambi. Sebagai sungai terpanjang di Sumatera yang membelah kota hingga ke hilir, Batanghari menjadi menghantar akulturasi budaya dan peradaban.

Namun, airnya yang belakangan ini kian tercemar menimbulkan persoalan baru. Keruhnya air Batanghari sempat pula disingung Wapres saat meresmikan Jembatan Pedestrian. Masyarakat sebenarnya gundah akan kondisi sungai yang tidak lagi nyaman dipandang. "Masyarakat senang Jambi memiliki ikon wisata baru, tetapi juga risi setiap kali menatap sungai di bawah jembatan itu keruh. Tentu tidak nyaman melihat Batanghari menjadi seperti sekarang," ujar Haryanto, warga Kelurahan Thehok, Jambi.

Sejumlah pabrik karet di sepanjang Sungai Batanghari diketahui membuang limbah ke sungai tanpa pengolahan memadai. Akibatnya sungai makin tercemar. Padahal, kehidupan kota berpenduduk lebih dari 700.000 jiwa ini sangat bergantung pada Batanghari. "Masyarakat masih mengambil ikan dari sungai dan sebagian memakai untuk mandi dan mencuci," ujar Popriyanto, anggota DPRD Provinsi Jambi.

Wali Kota Jambi Syarif Fasha menargetkan penataan bantaran Sungai Batanghari dalam program kerjanya. Penataan itu bertujuan menjadikan Kota Jambi sebagai kota yang menghadap sungai (waterfront city). "Itu bentuk penghargaan terhadap keberadaan sungai," ujarnya.

Dengan menghadap ke sungai, lanjut Fasha, warga akan berpikir ulang untuk menjadikannya sebagai tempat penampungan sampah. Nantinya diharapkan sungai akan kian bersih. "Dengan tak lagi membelakangi, perhatian kita akan lebih besar untuk menjaga keindahan sungai," ujar Fasha.

Bersamaan dengan itu, pihaknya memberi peluang besar bagi investor yang ingin mengembangkan dan menata sepanjang bantaran. Usaha restoran dan jasa akan terbuka lebar di sana. Ini sesuai dengan harapan pemerintah kota untuk menjadikan Jambi sebagai kota jasa dan perdagangan.

Nyaris tak berpunya

Dibandingkan dengan kabupaten di sekitarnya yang kaya akan sumber dalam alam seperti minyak, batubara, emas, dan hasil hutan, Kota Jambi nyaris tak memiliki apa-apa. Namun, Fasha bertekad menciptakan kota itu menarik untuk dikunjungi. Warga luar kota bisa membelanjakan uang mereka bagi beragam jasa, barang, dan rekreasi di Kota Jambi.

Sejak tahun lalu, ada delapan hotel berbintang dan dua mal baru dibangun di Jambi. Mengenai hotel, Fasha menargetkan kota ini mampu menyediakan lebih dari 2.000 kamar berstandar hotel berbintang. Dalam satu atau dua tahun lagi, Jambi sudah layak menjadi tuan rumah bagi kegiatan berskala nasional dan internasional.

Pemerintah Kota Jambi juga mengeluarkan peraturan daerah mengenai penataan bangunan. Selain menata bangunan di bantaran sungai, ia juga mengatur pembangunan di sepanjang jalan utama. Misalnya, izin hanya akan diberikan untuk pembangunan gedung berlantai lebih dari empat tingkat pada sepanjang jalan protokol. Tujuannya untuk membatasi pembangunan rumah toko yang sangat masif belakangan ini.

Pemkot Jambi juga ingin menambah kenyamanan hidup di kota itu melalui perluasan ruang terbuka hijau. Kenyamanan belum bisa dirasakan akibat masih langkanya ruang terbuka hijau. Di atas kertas, terdapat 28 taman kota di Jambi. Namun, hanya segelintir yang memberi kenyamanan publik dan umumnya tidak menyediakan tempat duduk, tempat bermain, dan jalur pedestrian. Sebagian besar taman lebih tampak menyempil di tengah kota. Keberadaan taman belum memungkinkan sebagai tempat bercengkerama warga.

Penyair dan pemerhati Kota Jambi, Jumardi Putra, mengatakan, pemerintah belum mampu menyediakan ruang publik dengan alasan kekurangan lahan. Dalam data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Jambi tahun 2013 disebutkan, terdapat kekurangan luasan ruang terbuka hijau sebanyak 4.049 hektar, dari total luas Kota Jambi yang mencapai 17.553 hektar. Sayangnya, ruang yang masih tersedia tak kunjung dimanfaatkan untuk kepentingan publik. Peluang justru lebih besar diberikan bagi usaha komersial. Padahal, penyediaan ruang publik dan terbuka hijau yang lebih memadai dapat meningkatkan kenyamanan dan kualitas hidup masyarakat serta mendorong kreativitas warga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com