Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Freeport Belum Bisa Tentukan Lokasi "Smelter" di Papua

Kompas.com - 25/05/2015, 20:34 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin mengaku bahwa hingga saat ini Freeport belum bisa menentukan lokasi pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian bijih mineral (smelter) di Papua. Padahal, dalam perpanjangan pembahasan amandemen kontrak karya pada tanggal 23 Januari 2015 lalu, Freeport sudah mendapat kelonggaran enam bulan lamanya hingga Juni. Salah satunya ialah untuk menunjukkan perkembangan smelter.

Dalam forum investasi dan perdagangan yang digelar Kadin Indonesia, di Jakarta, Senin (25/5/2015), Maroef menyampaikan, Freeport tetap memilih melakukan pengembangan smelter di Jawa Timur. "Kami sudah memutuskan berdasarkan tinjauan bisnis dan teknis akan dibangun smelter di Jatim karena infrastruktur mendukung," kata dia.

Di samping jalan, listrik, dan air, Jatim juga memiliki industri lanjutan dari smelter, seperti pabrik pupuk dan pabrik semen. Maroef menegaskan, jika smelter dibangun di lokasi yang tidak ada industri lanjutannya, limbah smelter hanya akan menjadi bahan beracun berbahaya (B3). Industri lanjutan smelter inilah yang disebut Maroef tidak ditemui di Papua. "Lokasi smelter di Papua belum bisa kami tentukan sampai batas waktu yang diberikan pemerintah," kata dia. Maroef berharap keputusan Freeport ini bisa didukung pemerintah. Sebab, ke depan, smelter baru perlu dibangun untuk melakukan hilirisasi. (Baca: Pemerintah Perpanjang Pembahasan MoU dengan Freeport)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com