Di luar bisnis minyak, Carrie pun mampu melihat peluang investasi. Carrie menjalankan bisnis agensi model kurang lebih selama lima tahun. Carrie menjual Carrie Model pada tahun 1981.
Carrie tak sembarang menjual bisnis yang dibikinnya pertama kali. Carrie mempercayakan Carrie Models kepada asistennya, Linda Teo yang menjalankan agensi modeling hingga kini. Perusahaan model ini masih tumbuh dan menjadi agen modeling paling lama di Singapura.
Carrie Perrodo pun melihat peluang pada investasi properti. Carrie membeli tiga properti di London dengan total nilai 150 juta pound dalam kurang dari enam bulan. Juli tahun lalu, Carrie membeli townhouse di Chelsea dengan nilai 52,5 juta pound.
Dua bulan kemudian Carrie membeli vila di Holland Park dengan luas tanah satu are senilai 55 juta pound. Bulan November 2014, keluarga Perrodo menukar kontrak apartemen di Chelsea dengan nilai yang diprediksi 43 juta pound.
Koleksi properti Perrodo tak berhenti di real estate mewah London dan Chelsea. Keluarga yang menggemari olahraga polo ini juga menanam duit di perkebunan anggur. Perkebunan dan pengolahan anggur merupakan ide Hubert Perrodo. Hubert memulai investasi perkebunan anggur pada tahun 1988 silam. Kini, perkebunan anggur ini terus berkembang dan menghasilkan pundi-pundi keluarga Perrodo.
Wine
Perancis terkenal akan produksi wine, terutama di Bordeaux. Sebagai keturunan Perancis, keluarga Perrodo yang dipimpin oleh Carrie Perrodo pun punya andil dalam bisnis perkebunan anggur. Hubert Perrodo membeli Chateau Labegorce pada 1989. Sama seperti bisnis minyak Perenco, keluarga Perrodo menggenggam lahan perkebunan anggur ini dalam jangka panjang hingga saat ini. Perkebunan anggur keluarga Perrodo merupakan salah satu penghasil wine ternama.
Perkebunan anggur milik keluarga Carrie Perrodo punya sejarah panjang. Perkebunan ini pun akhirnya menjadi satu kesatuan setelah berabad-abad. Seperti banyak perkebunan di wilayah Bordeaux, nama perkebunan ini diambil dari pemilik lamanya.
Ketika Revolusi Perancis pada abad ke-18, lahan Chateau Labegorce dilelang dan dipecah menjadi tiga bagian. Sebab, Labegorce merupakan properti yang cukup besar waktu itu. Sepertiga bagian tidak memiliki perkebunan anggur dan biasanya dipakai untuk area penggembalaan dengan nama L'Abbe Gorsse de Gorsse.
Lalu ada Chateau Labegorce. Luas perkebunan tertanam Labegorce ini mencapai 30 hektare dengan umur rata-rata anggur 25 tahun. Sedangkan, Chateau Labegorce-Zede memiliki lahan tertanam 27 hektare dengan umur rata-rata 35 tahun. Nama ini didapat dari pembeli pada tahun 1795, Pierre Zede. Ketiga lahan ini dimiliki oleh orang yang berbeda.
Hubert Perrodo jatuh cinta dengan Bordeaux, terutama wilayah Margaux. Kecintaannya pada wine muncul setelah dia menghabiskan waktu menonton pertandingan polo yang digelar di Chateau Giscours, dekat Margaux.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.