Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal "7 Manusia Harimau", Pihak RCTI Nilai Survei KPI Tak Adil

Kompas.com - 23/06/2015, 17:32 WIB
Andi Muttya Keteng Pangerang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sinetron seri 7 Manusia Harimau merupakan satu dari tiga sinetron tak berkualitas menurut hasil survei Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Pihak RCTI, yang menayangkan sinetron tersebut, menganggap survei itu tak adil.  

"Sinetron 7 Manusia Harimau itu legenda yang ada unsur perkelahian fisiknya, tetapi tak melewati batas, dan itu legenda yang memang ada di Bengkulu. Nah, kalau kemudian dibandingkan dengan sinetron yang tak ada unsur perkelahiannya, akan tidak fair," ucap Government Relations RCTI, Ida Yuanita, ketika diwawancara oleh Kompas.com, di Gedung KPI Pusat, Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, Senin (22/6/2015).

Ida mengatakan, sebenarnya 7 Manusia Harimau, Emak Ijah Pengen ke Mekah, dan Sinema Pintu Taubat, ketiga sinetron serial yang dinilai tidak berkualitas itu, memiliki genre yang berbeda. Namun, lanjut Ida, sinetron-sinetron berseri tersebut dinilai dengan indikator mengenai kekerasan dan mistik.

Kata Ida lagi, unsur perkelahian fisik terang saja tak mungkin ditonjolkan pada sinetron serial bertema religi macam Emak Ijah Pengen ke Mekah dan Sinema Pintu Taubat, begitu pula dengan unsur mistik. Di lain pihak, menurut Ida, pada umumnya, legenda bermuatan kedua unsur itu.

"Saya tergelitik melihat cara pemilihan sampling sinetron yang berdasarkan aduan terbanyak dari masyarakat. Padahal, genre ketiga sinetron itu berbeda. Harusnya, apple to apple. Kalau begini, orang akan menilai indeks sinetron 7 Manusia Harimau rendah. Kesannya, 7 Manusia Harimau jauh lebih buruk dari Emak Ijah. Harusnya program yang diriset itu yang genrenya sama," tekannya.
Mengenai jumlah aduan pemirsa tentang 7 Manusia Harimau, yaitu 121 aduan, Ida melihatnya secara positif.

"Aduan itu kan subyektif. Tingginya aduan ini juga bisa dicermati bahwa mungkin banyak yang memperhatikan sinetron 7 Manusia Harimau," ucapnya.

Meski begitu, ia mengaku bahwa pihaknya tetap menggunakan hasil survei KPI tersebut sebagai bahan evaluasi.

"Ini bisa jadi masukan kedua belah pihak, bisa jadi masukan ke KPI untuk menyempurnakan survei selanjutnya, dan juga bisa jadi bahan evaluasi untuk kami. Kami siap kerja sama, selama instrumen dan indikator yang digunakan bisa kita sepakati," ujarnya.

Pada Senin (22/6/2015), pihak KPI mengumumkan, ada tiga sinetron yang dinilai tidak berkualitas berdasarkan survei indeks kualitas secara khusus untuk tiga jenis program televisi, yakni program berita, sinetron, dan variety show. Hal ini dipaparkan oleh Endah Murwani, Ketua Bidang Penelitian Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI), yang didampingi oleh Ketua KPI Pusat Judhariksawan.

"Hasil penelitian menunjukkan, sinetron Emak Ijah Pengen ke Mekah (SCTV), 7 Manusia Harimau (RCTI), dan Sinema Pintu Taubat (Indosiar) dinilai tidak berkualitas," terang Endah dalam jumpa pers Hasil Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi: Segmen Program Khusus, di Gedung KPI Pusat, Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, Senin.

Dari hasil survei dengan kriteria mengenai relevansi cerita, pembentukan watak dan jati diri bangsa, penghormatan keberagaman, norma dan sosial, non-kekerasan, dan non-seksual, indeks kualitas ketiga sinteron tersebut rendah.

Total indeks kualitas Emak Ijah Pengen ke Mekah hanya 2,90; Sinema Pintu Taubat 2,90; dan 7 Manusia Harimau 2,20. Sementara itu, standar indeks kualitas yang ditetapkan oleh KPI adalah sangat tidak berkualitas (1,00), tidak berkualitas (2,00), kurang berkualitas (3,00), berkualitas (4,00), dan sangat berkualitas (5,00).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com